0

Makalah Agama Hindu Tentang Kepemimpinan

Sabtu, 04 Februari 2017
Share this Article on :

Ingin File Wordnya Langsung Klik [ Disini ]

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Ida Sang Hyang Widi Wasa karena atas rahmat dan ridho – Nya kami dapat menyelesaikan makalah Agama Hindu tentang “Kepemimpinan ini tanpa menemuai hambatan yang berarti.
Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung terselesainya makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, demi perbaikan makalah ini di kemudian hari.
Demikian, kami harap buku ini dapat dipergunakan sebaik – baiknya dan dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita senua. Amien.


Balinggi , Sept 2016


Penyusun




BAB I
PENDAHULUAN
A.    LatarBelakang
Belakangan ini, terjadi krisis kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap para pemimpin mereka. Banyak pemimpin yang terkena kasus-kasus yang tampaknya merupakan hal yang kurang pantas dilakukan oleh seorang pemimpin. Kasus KKN,   kriminal, korupsi, dan hal-hal lainnya. Selain itu, yang menjadi alasan adalah banyak pemimpin yang tidak setia pada janji mereka ketika masih berstatus sebagai calon pemimpin atau ketika berkampanye. Mungkin ketika mereka berkampanye, mereka berjanji A terhadap masyarakat yang kelak akan dipimpinnya, namun ketika sudah menjadi pemimpin. Hal ini tentu sangat mengecewakan masyarakat yang telah memilihnya untuk menjadi seorang pemimpin.
Untuk itu, diperlukan suatu penanaman nilai-nilai kepemimpinan kepada para pemuda sebagai calon pemimpin bangsa agar nantinya ke depan mereka bisa menjadi pemimpin yang tangguh, berwibawa dan mampu menghilangkan krisis kepercayaan masyarakat terhadap para pemimpin (Wijaya, 2011). Dengan demikian, diharapkan ke depan Indonesia akan menjadi lebih baik secara ketatanegaraan dan kemasyarakatan
Dalam kehidupan bermasyarakat ataupun berorganisasi tidak lepas dari adanya pihak yang memimpin dan pihak yang dipimpin. Setiap kelompok masyarakat maupun organisasi sudah pasti ada pemimpin, baik secara formal maupun non formal. Berhasil atau tidaknya suatu kelompok organisasi ditentukan oleh berbagai faktor, di antaranya bagaimana figur pemimpinnya. Pemimpin yang baik dan ideal akan mempengaruhi keberhasilan suatu organisasi. Di dalam masyarakat mana pun kepemimpinan merupakan hal yang pokok yang ikut menentukan jalannya suatu organisasi.
Istilah pemimpin berasal dari kata dasar “pimpin” yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai “bimbing atau tuntun”. Kata kerja dari kata dasar ini, yaitu “memimpin” yang berarti “membimbing atau menuntun”. Dari kata dasar ini pula lahirlah istilah “pemimpin” yang berarti “orang yang memimpin” (Tim Penyusun,2005:874). Kata pemimpin mempunyai padanan kata dalam Bahasa Inggris “leader”.
Sementara itu kata “pemimpin” mempunyai kaitan yang sangat erat dengan kata “kepemimpinan”. Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki dari seorang pemimpin. Dengan kata lain, kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memimbing dan menuntun seseorang. Jika tadi kata pemimpin mempunyai padanan kata dalam Bahasa Inggris (leader), maka kepemimpinan juga mempunyai padanan kata dalam Bahasa Inggris yaitu leadership. Kata ini berasal dari kata dasar “lead” yang dalam Oxford Leaner’s Pocket Dictionary (Manser, et all.,1995 : 236) diartikan sebagai “show the way, especially by going in front”. Sementara itu kata “leadership” diartikannya sebagai “qualities of a leader”.
Secara umum, kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan untuk mengkoordinir dan mengerahkan orang-orang serta golongan-golongan untuk tujuan yang diinginkan (Tim Penyusun,2004:78). Menurut William H.Newman (1968) kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Bahasan mengenai pemimpin dan kepemimpinan pada umumnya menjelaskan bagaimana untuk menjadi pemimpin yang baik, gaya dan sifat yang sesuai dengan kepemimpinan serta syarat-syarat apa yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin yang baik.
Menyimak pengertian di atas maka terkait dengan kepemimpinan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, kepemimpinan selalu melibatkan orang lain sebagai pengikut. Kedua, dalam kepemimpinan terjadi pembagian kekuatan yang tidak seimbang antara pemimpin dan yang dipimpin. Ketiga, kepemimpinan merupakan kemampuan menggunakan bentuk-bentuk kekuatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Keempat, kepemimpinan adalah suatu nilai (values), suatu proses kejiwaan yang sulit diukur.

B.    RumusanMasalah
a.    Pengertian kepemimpinan?
b.    Bagaimana kepemimpinan Hindu dalam Nitisastra?
c.    Bagaimana konsep kepemimpinan dalam Hindu?

C.    Tujuan
Memenuhi tugas Mata Pelajaran Agama Hindu


BAB II
PEMBAHASAN
Secara umum, kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan untuk mengkoordinir dan mengerahkan orang-orang serta golongan-golongan untuk tujuan yang Bahasan mengenai pemimpin dan kepemimpinan pada umumnya menjelaskan bagaimana untuk menjadi pemimpin yang baik, gaya dan sifat yang sesuai dengan kepemimpinan serta syarat-syarat apa yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin yang baik.
Menyimak pengertian di atas maka terkait dengan kepemimpinan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, kepemimpinan selalu melibatkan orang lain sebagai pengikut. Kedua, dalam kepemimpinan terjadi pembagian kekuatan yang tidak seimbang antara pemimpin dan yang dipimpin. Ketiga, kepemimpinan merupakan kemampuan menggunakan bentuk-bentuk kekuatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Keempat, kepemimpinan adalah suatu nilai (values), suatu proses kejiwaan yang sulit diukur. Kata kepemimpinan berasal dari kata dasar pimpin yang artinya bimbing atau tuntun. Dari kata pimpin lahirlah kata kerja memimpin yang artinya membimbing atau menuntun, da kata benda pemimpin yaitu orang yang berfungsi memimpin atau menuntun atau orang yang membimbing. Kepemimpinan memiliki berbagai istilah seperti : Leadership “leader” dari kata asing, management dari kata ilmu administrasi dan Nitisastra dari kata Hindu

Kitab atau susastra Hindu yang banyak mengulas tentang konsep-konsep kepemimpinan termasuk etika dan moral di dalamnya disebut dengan kitab “Niti Sastra”. Kata ini berasal dari Kata Sanskerta “niti (Naqita)” yang berarti “bimbingan, dukungan, bijaksana, kebijakan, etika” (Surada,2007:190). Zoetmulder (2006:707) mengartikan kata “niti” sebagai “ cara bekerja dengan baik dan benar; tingkah laku yang bijaksana; ilmu tata negara atau politik; kebijaksanaan politik; kebijaksanaan duniawi; taktik atau rencana yang baik; garis perbuatan; rencana”. Nitisastra sendiri menurut Zoetmulder (2006:708) merupakan ilmu atau karya mengenai etika politik.
Dengan demikian ruang lingkup Nitisastra tentu sangat luas mencakup pula etika, moralitas, sopan santun dan sebagainya. Dari pemahaman etimologis tersebut maka “niti sastra” dapat diartikan sebagai keseluruhan sastra yang memberikan ketentuan, bimbingan, arahan bagi umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan agar menjadi lebih teratur, terarah, dan lebih baik.
Selama ini fokus atau pokok bahasan yang menjadi topik dari Nitisastra adalah Kautilya Artha Sastra. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan sebagai berikut: Pertama, Kautilya adalah ahli politik dan kenegaraan tersohor; Kedua, kelengkapan dan kecermatan Kautilya dalam menyusun karyanya; Ketiga, bahasanya sangat mendetail; Keempat, perbandingan opini penyusun sebelumnya; Kelima, ketersediaan dokumen dan hanya dokumen Kautilya Artha Sastra ditemukan secara utuh.
Untuk memahami kepemimpinan Hindu atau kepemimpinan yang universal, seseorang dianjurkan untuk mempelajari Nitisastra. Mengingat, pengetahuan dan pemahaman sejarah/konsep pemikiran Hindu (niti sastra) di bidang Politik, ketatanegaraan, ekonomi, dan hukum yang masih relevan sampai kini. Konsep-konsep tersebut adalah sumber penting yang memberi kontribusi perkembangan konsep-konsep selanjutnya  di India, Asia bahkan, dunia. Adapun kontribusi Nitisastra dalam peradaban global antara lain :
Pemikiran dalam Nitisastra dapat memberi masukan penting berupa konsep dan nilai positif dalam pengembangan, pembaharuan, penyusunan kembali konsep-konsep politik, ketatanegaraan, ekonomi, peraturan hukum era kini.
Usaha menggali, mengangkat nilai-nilai Hindu sebagai sumbangan Hindu dalam percaturan dunia keilmuan. Paradigma sosial bahwa politik itu kotor dapat hilang.

Dalam konsep kepemimpinan Barat yang lebih banyak dijadikan dasar adalah sikap dan tingkah laku dari para pemimpin-pemimpin besar di dunia. Oleh kerena itu mereka banyak mengemukakan jenis-jenis kepemimpinan yang sesuai dengan tokoh personalnya, seperti : kepemimpinan Karismatik, kepemimpinan Paternalistik, kepemimpinan Maternalistik, kepemimpinan Militeristik, kepemimpinan Otokrasi, kepemimpinan Lassez Faire, kepemimpinan Populistik, kepemimpinan Eksekutif, kepemimpinan Demokratik, kepemimpinan Personal, kepemimpinan Sosial dan masih banyak lagi lainnya.
Lain halnya dengan konsep kepemimpinan Hindu. Selain dasar tersebut, yang terutama sekali kepemimpinan Hindu bersumber dari kitab suci Weda dan diajarkan oleh para orang-orang suci. Kepemimpinan Hindu juga banyak mengacu pada tatanan alam semesta yang merupakan ciptaan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Adapun konsep-konsep Kepemimpinan Hindu yang banyak diajarkan dalam sastra dan susastra-nya antara lain : Sad Warnaning Rajaniti, Catur Kotamaning Nrpati, Tri Upaya Sandi, Panca Upaya Sandi, Asta Brata, Pañca Dasa Paramiteng Prabhu, sad upaya guna, dan lain-lain. Berikut ini rincian dari konsep-konsep kepemimpinan Hindu.



a.    Catur Kotamaning Nrpati
o      Catur Kotamaning Nrpati merupakan konsep kepemimpinan Hindu pada jaman Majapahit sebagaimana ditulis oleh M. Yamin dalam buku “Tata Negara Majapahit”. Catur Kotamaning Nrpati adalah empat syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Adapun keempat syarat utama tersebut adalah :
o      Jñana Wisesa Suddha, artinya raja atau pemimpin harus memiliki pengetahuan yang luhur dan suci. Dalam hal ini ia harus memahami kitab suci atau ajaran agama (agama agëming aji).
o      Kaprahitaning Praja, artinya raja atau pemimpin harus menunjukkan belas kasihnya kepada rakyatnya. Raja yang mencintai rakyatnya akan dicintai pula oleh rakyatnya. Hal ini sebagaimana perumpamaan singa (raja hutan) dan hutan dalam Kakawin Niti Sastra I.10 berikut ini :
o      Singa adalah penjaga hutan, akan tetapi juga selalu dijaga oleh hutan. Jika singa dengan hutan berselisih, mereka marah, lalu singa itu meninggalkan hutan. Hutannya dirusak binasakan orang, pohon-pohonnya ditebangi sampai menjadi terang, singa yang lari bersembunyi dalam curah, di tengah-tengah ladang, diserbu dan dibinasanakan.
o      Kawiryan, artinya seorang raja atau pemimpin harus berwatak pemberani dalam menegakkan kebenaran dan keadilan berdasarkan pengetahuan suci yang dimilikinya sebagainya disebutkan pada syarat sebelumnya.
o      Wibawa, artinya seorang raja atau pemimpin harus berwibawa terhadap bawahan dan rakyatnya. Raja yang berwibawa akan disegani oleh rakyat dan bawahannya.



b.    Tri Upaya Sandhi
Di dalam Lontar Raja Pati Gundala disebutkan bahwa seorang raja harus memiliki tiga  upaya agar dapat menghubungkan diri dengan rakyatnya. Adapun bagian-bagian Tri Upaya Sandi adalah :
a)    Rupa, artinya seorang raja atau pemimpin harus mengamati wajah dari para rakyatnya. Dengan begitu ia akan tahu apakah rakyatnya sedang dalam kesusahan atau tidak.
b)    Wangsa, artinya seorang raja atau pemimpin harus mengetahui susunan masyarakat (stratifikasi sosial) agar dapat menentukan pendekatan apa yang harus digunakan.
c)    Guna, artinya seorang raja atau pemimpin harus mengetahui tingkat peradaban atau kepandaian dari rakyatnya sehingga ia bisa mengetahui apa yang diperlukan oleh rakyatnya.

c.    Asta Brata
Asta Brata adalah ajaran kepemimpinan yang diberikan oleh Sri Rama kepada Gunawan Wibhisana sebelum ia memegang tampuk kepemimpinan Alengka Pura pasca kemenangan Sri Rama melawan keangkaramurkaan Rawana. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Pustaka Suci Manu Smrti IX.303 berikut ini
Hendaknya raja berbuat seperti perilaku yang sama dengan dewa-dewa, Indra, Surya, Wayu, Yama, Waruna, Candra, Agni dan Prthiwi (Pudja dan Sudharta,2002:607).
Hal itu kemudian ditegaskan dalam Kakawin Ramayana XXIV.52 sebagai berikut:
Sang Hyang Indra, Yama, Surya, Candra dan Bayu, Sang Hyang Kwera, Baruna dan Agni itu semuanya delapan. Semua beliau itu menjadi pribadi sang raja. Oleh karena itulah beliau harus memuja Asta Brata (Tim Penyusun,2004:98).
Ada perbedaan sedikit antara konsep Asta Brata dalam Pustaka Suci Manu Smrti dan Kakawin Ramayana. Pada Pustaka Suci Manu Smrti disebutkan Prthiwi Brata sementara itu pada Kakawin Ramayana disebutkan Kwera Brata. Semua raja harus memuja Asta Brata ini. Karena Asta Brata ini merupakan delapan landasan sikap mental bagi seorang pemimpin. Adapun delapan bagian Asta Brata tersebut adalah :
1)    Indra Brata, kepemimpinan bagaikan Dewa Indra atau Dewa Hujan; Di mana hujan itu berasal dari air laut yang menguap. Dengan demikian seorang pemimpin berasal dari rakyat harus kembali mengabdi untuk rakyat.
2)    Yama Brata, kepemimpinan yang bisa menegakkan keadilan tanpa pandang bulu bagaikan Sang Hyang Yamadipati yang mengadili Sang Suratma.
3)    Surya Brata, kepemimpinan yang mampu memberikan penerangan kepada warganya bagaikan Sang Surya yang menyinari dunia.
4)    Candra Brata, mengandung maksud pemimpin hendaknya mempunyai tingkah laku yang lemah lembut atau menyejukkan bagaikan Sang Candra yang bersinar di malam hari.
5)    Bayu Brata,  mengandung maksud pemimpin harus mengetahui pikiran atau kehendak (bayu) rakyat dan memberikan angin segar untuk para kawula alitatau wong cilik sebagimana sifat Sang Bayu yang berhembus dari daerah yang bertekanan tinggi ke rendah.
6)    Baruna Brata, mengandung maksud pemimpin harus dapat menanggulangi kejahatan atau peyakit masyarakat yang timbul sebagaimana Sang Hyang Baruna membersihkan segala bentuk kotoran di laut. 
7)    Agni Brata, mengandung maksud pemimpin harus bisa mengatasi musuh yang datang dan membakarnya sampai habis bagaikan Sang Hyang Agni.
8)    Kwera atau Prthiwi Brata, mengandung maksud seorang pemimpin harus selalu memikirkan kesejahteraan rakyatnya sebagaimana bumi memberikan kesejahteraan bagi umat manusia dan bisa menghemat dana sehemat-hematnya seperti Sang Hyang Kwera dalam menata kesejahteraan di kahyangan.

Negara sebagai wadah umat  manusia untuk mewujudkan cita – cita hidupnya memiliki empat prinsip dasar. Antara lain sebagai berikiut :
1.    Machstaat adalah prinsip Negara untuk menguasai segala potensi yang dimiliki oleh negarayang bersangkutan untuk diabdikan kembali pada tujuan masyarakat Negara itu.
2.    Rechtaat adalah prinsip Negara yang bertujuan untuk mengatur kehidupan Negara yang bertujuan untuk mengatur kehidupan Negara agar berbagai keadaan dan kepentingan yang berbeda – beda dapat diatur dalam rangka mempercepat tercapainya tujuan Negara.
3.    Polisistaat adalah suatu prinsip Negara yang memandang segala seluk beluk kehidupan Negara harus dijaga agar tidak terjadi penyimpangan – penyimpangan demi terwujudnya tujuan Negara tepat pada sasarannya.
4.    Supervisorystaat adalah prinsip Negara yang memandang bahwa fungsi Negara ialah mendorong segala unsur – unsur Negara untuk lebih cepat mencapai tujuan.
2)    Bagi umat yang mendapat kesempatan sebagai pemimpin Negara, tuntunan ajaran agama hindu bertujuan untuk membentuk kepemimpinan Negara yang baik,kuat, bersih, dan berwibawa.
Masyarakat akan lebih mudah diatur oleh para pemimpin Negara apabila dalam masyarakat itu tiap – tiap anggotanya  sadar akan hak dan kewajibannya. Kesejahteraan masyarakat Negara akan terwujud apabila setiap warga Negara mau berjuang untuk  mensejahterakan dirinya, keluarga,dan lingkungannya. Diri pribadi umat manusia akan tentram apabila atmanya menguasai budhi,budhinya menguasai manah,manahnya menguasai perasaan atau manahnya dikuasai oleh rajas,rajasnya dikuasai oleh tamas, dan tamasnya dikuasai oleh sattwam.
Pemimpin Negara harus memiliki konsep – konsep kepemimpinan yang utama untuk dapat menata Negaranya. Hal ini dapat berarti kewibawaan pemimpin Negara harus didasarkan pada kewibawaan yang murni dan bukan atas kewibawaan yang dilandisi oleh kekuasaan.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dapat disimpulkan berdasarkan uraian mengenai  konsep ideal seorang pemimpin menurut Hindu ajaran kepemimpinan yang tertuang didalam Nitisastra dan berbagai literatur Hindu lainnya  ini telah diterapkan sejak jaman dahulu kala, terutama sejak masa kerajaan-kerajaan masih berdiri di nusantara seperti Majapahit, Demak, Mataram, pada saat mengalami masa kejayaannya. Ajaran ini digunakan sebagai dasar kepemimpinan agar raja atau pemimpin memahami arti ajaran tersebut dan mampu membawa rakyat yang dipimpinnya menuju kemakmuran dan kesejahteraan. Nilai-nilai kepemimpinan berdasarkan Nitisastra dan literatur Hindu terbukti membawa masa-masa kejayaan pada kerajaan-kerajaan besar di nusantara. Oleh karena itu, alangkah baiknya apabila masyarakat sekarang dapat mengimplementasikan nilai konsep kepemimpinan tersebut  pada masa kini demi memperbaiki kondisi  Indonesia menjadi lebih baik dengan harapan kelak akan tumbuh pemimpin-pemimpin bijak dan ideal di masa mendatang.



DAFTAR FUSTAKA

Kautilya. 2003. Arthasastra, terj. Made Astana & C.S. Anomdiputro, Surabaya:Paramita.
Manser, Martin H., et all. 1995. Oxford Leaner’s Pocket Dictionary. New York:Oxford University Press.
Pudja, Gede., Tjokorda Rai Sudharta. 2002. Manawa Dharma Śāstra, Compendium Hukum Hindu. Jakarta : Pelita Nursatama Lestari.
Surada, Made. 2008. Kamus Sanskerta Indonesia. Denpasar : Penerbit Widya Dharma.
Tim Penyusun. 2004. Buku Pelajaran Agama Hindu untuk SLTA Kelas 2. Surabaya:Paramita.
Tim Penyusun. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.
Titib, I Made. 1995. Pemuda dan Pola Kepemimpinan Hindu Menurut Veda, Makalah disampaikan pada acara Pendidikan Kepemimpinan Regional, diselenggarakan oleh DPD PERADAH 15 September 1995 di Hotel New Victory, Selecta, Batu, Malang, Jawa Timur.
Wojowasito, S. 1977. Kamus Kawi – Indonesia, Bandung : Pengarang.
Zoetmulder, P.J. 2006. Kamus Jawa Kuna – Indonesia, terj. Darusuprapta, dan Sumarti Suprayitna, Jakarta:Gramedia.
Dex Bhuz

Tentang :

Terimakasih, telah membaca artikel mengenai Makalah Agama Hindu Tentang Kepemimpinan. Semoga artikel tersebut bermanfaat untuk Anda. Mohon untuk memberikan 1+ pada , 1 Like pada Facebook, dan 1 Follow pada Twitter. Jika ada pertanyaan atau kritik dan saran silahkan tulis pada kotak komentar yang sudah disediakan.
Share Artikel


Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar