Ingin File Wordnya Langsung Klik [ Disini ]
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat
ALLAH SWT karena atas rahmat dan ridho – Nya kami dapat menyelesaikan Peper
tentang “Peristiwa Rengasdengklok” ini tanpa menemuai hambatan yang berarti.
Kami juga mengucapkan terima kasih
yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung terselesainya peper
ini.
Kami menyadari bahwa peper ini
masih sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca, demi perbaikan peper ini di kemudian hari.
Demikian, kami harap ini dapat
dipergunakan sebaik – baiknya dan dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita
senua. Amien.
Balinggi
, 26 Juli 2016
Penyusun
BABI
PENDAHULUAN
Pada
waktu itu Soekarno dan Moh. Hatta, tokoh-tokoh menginginkan agar proklamasi
dilakukan melalui PPKI, sementara golongan pemuda menginginkan agar proklamasi
dilakukan secepatnya tanpa melalui PPKI yang dianggap sebagai badan buatan
Jepang. Selain itu, hal tersebut dilakukan agar Soekarno dan Moh. Hatta tidak
terpengaruh oleh Jepang. Para golongan pemuda khawatir apabila kemerdekaan yang
sebenarnya merupakan hasil dari perjuangan bangsa Indonesia, menjadi
seolah-olah merupakan pemberian dari Jepang.
Sebelumnya
golongan pemuda telah mengadakan suatu perundingan di salah satu lembaga
bakteriologi di Pegangsaan Timur Jakarta, pada tanggal 15 Agustus. Dalam
pertemuan ini diputuskan agar pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan segala ikatan
dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang. Hasil keputusan disampaikan
kepada Ir. Soekarno pada malam harinya tetapi ditolak oleh Soekarno karena
merasa bertanggung jawab sebagai ketua PPKI.
Untuk
lebih memudahkan pembahasan materi, maka kami membuat rumusan masalah sebagai
berikut:
1.
Bagaimana terjadinya Peristiwa
Rengasdengklok ?
2.
Siapa sajakah tokoh di balik terjadinya Peristiwa
Rengasdengklok ?
1.
Mengetahui latar
belakang terjadinya Peristiwa Rengasdengklok
2.
Mengetahui pahlawan
yang berperan dalam terjadinya Peristiwa Rengasdengklok
3.
Mengetahui peninggalan
dalam sejarah terjadinya Peristiwa Rengasdengklok
BAB
II
PEMBAHASAN
Peristiwa Rengasdengklok ini dimulai dengan menyerahnya Jepang tanpa syarat kepada pihak sekutu karena dua bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki oleh pihak sekutu yang telah memporakporandakan Jepang. Berita tersebut didengar oleh para pemuda melalui siaran Radio British Broadcasting Center (BBC) London pada 15 Agustus 1945.
Di waktu yang sama, pada tanggal tersebut Soekarno dan Mohammad Hatta baru saja kembali dari Vietnam atas panggilan Panglima Mandala Asia Tenggara, Marsekal Terauchi di Saigon. Sejak itulah muncul pro dan kontra tentang kemerdekaan Indonesia. Para golongan muda ingin kemerdekaan dilakukan dengan segera, sementara golongan tua menginginkan kemerdekaan dilakukan dengan cara yang tidak terburu-buru, terorganisir, didukung oleh bangsa-bangsa lain dan dilakukan melalui PPKI. Namun, para golongan muda tidak setuju dengan itu karena PPKI dianggap sebagai badan buatan Jepang. Selain itu, hal tersebut dilakukan agar Soekarno dan Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Para golongan pemuda khawatir apabila kemerdekaan yang sebenarnya merupakan hasil dari perjuangan bangsa Indonesia, menjadi seolah-olah merupakan pemberian dari Jepang.
Kemudian, para golongan pemuda mengadakan suatu perundingan di salah satu lembaga bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta. Dalam pertemuan ini, diputuskan agar pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang. Hasil keputusan disampaikan kepada Ir. Soekarno pada malam harinya tetapi ditolak Soekarno karena merasa bertanggung jawab sebagai ketua PPKI.
Di waktu yang sama, pada tanggal tersebut Soekarno dan Mohammad Hatta baru saja kembali dari Vietnam atas panggilan Panglima Mandala Asia Tenggara, Marsekal Terauchi di Saigon. Sejak itulah muncul pro dan kontra tentang kemerdekaan Indonesia. Para golongan muda ingin kemerdekaan dilakukan dengan segera, sementara golongan tua menginginkan kemerdekaan dilakukan dengan cara yang tidak terburu-buru, terorganisir, didukung oleh bangsa-bangsa lain dan dilakukan melalui PPKI. Namun, para golongan muda tidak setuju dengan itu karena PPKI dianggap sebagai badan buatan Jepang. Selain itu, hal tersebut dilakukan agar Soekarno dan Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Para golongan pemuda khawatir apabila kemerdekaan yang sebenarnya merupakan hasil dari perjuangan bangsa Indonesia, menjadi seolah-olah merupakan pemberian dari Jepang.
Kemudian, para golongan pemuda mengadakan suatu perundingan di salah satu lembaga bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta. Dalam pertemuan ini, diputuskan agar pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang. Hasil keputusan disampaikan kepada Ir. Soekarno pada malam harinya tetapi ditolak Soekarno karena merasa bertanggung jawab sebagai ketua PPKI.
Akhirnya,
para pemuda Menteng 31 membuat keputusan untuk menculik Soekarno dan Hatta ke
Rengasdengklok untuk menjauhi Soekarno dan Hatta dari pengaruh Jepang serta
untuk mendesak mereka untuk melakukan proklamasi kemerdekaan dengan segera.
Kejadian tersebut terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pada pukul sekitar 04.00
WIB. Golongan muda diwakili oleh Soekarni, Wikana dan Chaerul Shaleh dan Golongan
Tua diwakili oleh Soekarno, Hatta dan Mr. Achmad Subardjo.
Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah
pendirian. Sementara itu di Jakarta, Chairul dan kawan-kawan telah menyusun
rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi apa yang telah direncanakan tidak
berhasil dijalankan karena tidak semua anggota PETA mendukung rencana tersebut.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan
Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 di lapangan
IKADA(yang sekarang telah menjadi lapangan Monas) atau di rumah Bung Karno di
Jl.Pegangsaan Timur 56. Dipilih rumah Bung Karno karena di lapangan IKADA sudah
tersebar bahwa ada sebuah acara yang akan diselenggarakan, sehingga
tentara-tentara jepang sudah berjaga-jaga, untuk menghindari kericuhan, antara
penonton-penonton saat terjadi pembacaan teks proklamasi, dipilihlah rumah
Soekarno di jalan Pegangsaan Timur No.56. Teks Proklamasi disusun di Jakarta,
bukan di Rengasdengklok, bukan di rumah seorang Tionghoa, Djiaw Kie Siong yang
diusir dari rumahnya oleh anggota PETA agar dapat ditempati oleh
"rombongan dari Jakarta". Naskah teks proklamasi di susun di rumah
Laksamana Muda Maeda di Jakarta, bukan di Rengasdengklok. Bendera Merah Putih
sudah dikibarkan para pejuang di Rengasdengklok pada Rabu tanggal 16 Agustus,
sebagai persiapan untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim
untuk berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di
Jakarta, Kunto hanya menemui Wikana dan Mr. Achmad Soebardjo, kemudian Kunto
dan Achmad Soebardjo ke Rangasdengklok untuk menjemput Soekarno, Hatta,
Fatmawati dan Guntur. Achmad Soebardjo mengundang Bung Karno dan Hatta
berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56.
Pada tanggal 16 tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta.
Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan
proklamasi dikumandangkan dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang
diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang "dipinjam"
(tepatnya sebetulnya diambil) dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut
Jerman, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.
Berdasarkan
kronologis Peristiwa Rengasdengklok hingga kemerdekaan tersebut, dapat dilihat
bahwa pemuda memiliki peran yang sangat besar dan penting. Berikut rincian dan
kesimpulannya:
1.
Sukarni
(lahir di Blitar, Jawa Timur 14 Juli
1916 – meninggal di Jakarta 7 Mei 1971 pada umur 54 tahun), yang nama
lengkapnya adalah Sukarni Kartodiwirjo, Dalam peristiwa Rengasdengklok
berperan untuk mendesak Soekarno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan RI.
Serta beliau juga mengidekan untuk menulis ‘ata s nama Bangsa Indonesia’ di
akhir teks proklamasi dibanding dari seluruh orang yang hadir dalam pembuatan
naskah tersebut menandatanganinya.
2.
Chaerul Saleh Datuk Paduko Rajo atau lebih dikenal dengan nama Chaerul Saleh
(lahir di Sawah Lunto, Sumatera Barat,13 September
1916 – meninggal di Jakarta, 8 Februari 1967 pada umur 50 tahun)
adalah seorang pejuang dan tokoh politik Indonesia yang pernah menjabat sebagai
menteri, wakil perdana menteri, dan ketua MPRS antara tahun 1957 sampai 1966.
Ia bersama Wikana, Sukarni dan pemuda lainnya dari Menteng 31 yang menculik
Soekarno dan Hatta dalam Peristiwa Rengasdengklok agar kedua tokoh ini segera
menyiarkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia setelah kekalahan Jepang dari
Sekutu pada tahun 1945.
3.
Wikana
(lahir di Sumedang ,Jawa barat, 18 Oktober 1914 –
1966) adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Bersama Chaerul Saleh,
Sukarni dan pemuda-pemuda lainnya dari Menteng 31, mereka menculik
Soekarno dan Hatta dalam Peristiwa Rengasdengklok dengan tujuan agar kedua
tokoh ini segera membacakan Proklamasi Kemerdekaan setelah kekalahan
Jepang dari Sekutu pada tahun 1945 setelah Kemerdekaan Wikana ditunjuk
menjadi Ketua Angkatan Pemuda Indonesia (API) yang mempunyai tujuan
memperteguh negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperjuangkan kemakmuran
yang merata pada masyarakat
4.
Raden
Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo
(lahir di Karawang, jawa Barat, 23 Maret
1896 – meninggal 15 Desember 1978 pada umur 82 tahun) adalah tokoh
pejuang kemerdekaan Indonesia, diplomat, dan seorang Pahlawan Nasional
Indonesia. Ia adalah Menteri Luar Negeri Indonesia yang pertama. Mr. Achmad
Soebardjo merupakan salah seorang tokoh dari golongan tua yang berperan dalam
mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Mr. Achmad Soebardjo menyusun
konsep teks proklamasi di rumah Laksamana Tadashi Maeda bersama Bung Karno dan
Bung Hatta
5.
Burhanuddin
Mohammad Diah
(lahir di Kutaraja, yang kini dikenal sebagai Banda
Aceh,7 April 1917 – meninggal di Jakarta, 10 Juni 1996 pada umur 79
tahun) adalah seorang tokoh pers, pejuang kemerdekaan, diplomat, dan pengusaha
Indonesia. Berperan menyebarkan berita tentang Proklamasi Kemerdekaan RI
6.
Adam Malik Batubara
(lahir di Pematangsiantar,Sumatera Utara, 22 Juli
1917 – meninggal di Bandung, Jawa Barat , 5 September 1984 pada
umur 67 tahun) adalah mantan Menteri Indonesia pada beberapa Departemen,
antara lain beliau pernah menjabat menjadi Menteri Luar Negeri. Ia juga pernah
menjadi Wakil Presiden,Indonesia yang ketiga. Menjelang 17 Agustus 1945,
bersama Sukarni, Chaerul Saleh, dan Wikana, beliau pernah membawa Bung Karno
dan Bung Hatta ke Rengasdengklok untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Demi mendukung kepemimpinan Soekarno-Hatta, ia menggerakkan rakyat berkumpul di
lapangan Ikada, Jakarta.
7.
Chairil Anwar
(lahir di Medan,Sumatera Utara, 26 Juli
1962 – meninggal di Jakarta 28 April 1949,pada umur 26 tahun) atau
dikenal sebagai “Si Binatang Jalang” (dari karyanya yang berjudul Aku
adalah penyair terkemuka Indonesia). Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin,
ia dinobatkan oleh H.B Jassin sebagai pelopor Angkatan 45 dan puisi
modern Indonesia
8.
Soerastri
Karma Trimurti
(lahir 11 Mei 1912 – meninggal di
Jakarta, 20 Mei 2008 pada umur 96 tahun) atau lebih dikenal dengan SK
Trimurti adalah seorang wartawati,penulis,pengajar, dan istri dari Sayuti
Melik, pengetik naskah proklamasi. Ia juga pernah menjabat sebagai menteri dalam
Kabinet Amir Sjarifuddin I dan Amir Sjarifuddin II
9.
Sayuti Melik
yang nama aslinya Mohamad Ibnu Sayuti adalah
tokoh pemuda yang juga sangat berperan dalam Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.Peran Sayuti Melik adalah mengetik naskah Proklamasi Kemerdekaan
setelah ia sempurnakan dari tulisan tangan Bung Karno
10.
Latif
Hendraningrat,
Abdul Latief
Hendraningrat (lahir di Jakarta, 15 Februari 1911 – meninggal di Jakarta, 14
Maret 1983 pada umur 72 tahun) adalah seorang prajurit PETA berpangkat Sudanco
pengerek bendera Sang Saka Merah Putih tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan
Pegangsaan Timur 56.
11.
S. Suhud
dan Trimurti
mereka berperan penting dalam pengibaran bendera
merah putih pada acara Proklamasi 17 Agustus 1945. Trimurti sebagai pengibar
baki bendera merah putih
Suasana
asri langsung menyambut Anda ketika memasuki rumah sejarah Rengasdengklok di RT
001/09 Kp. Kali Jaya (dulu kalimati) Ds. Rengasdengklok, Kec. Rengasdengklok,
Kab. Karawang. Sekalipun cuaca agak panas, namun ketika memasuki rumah bercat
hijau dan putih ini terasa adem.
Dulu,
tanggal 16 Agustus 1945 rumah yang ditempati keluarga Djiaw Kie Siong ini
pernah dijadikan tempat perundingan antara para pemuda yang dipimpin Soekarni
dengan Soekarno - Muhammad Hatta untuk membahas kemerdekaan Indonesia. Walau
hanya semalam, dari pertemuan itu dihasilkan naskah Proklamasi yang menjadi
pertanda Bangsa Indonesia merdeka. Berawal dari rumah ini pula, titik tolak
kebangkitan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dan melawan segala
bentuk penjajahan.
Rumah
bercat hijau itu, dulunya berada di pinggir Sungai Citarum. Namun khawatir
terkena abrasi sungai, sekitar tahun 60-an rumah itu dipindah 100 meter jauh
lebih kedalam. Sedangkan tanah bekas rumah sejarah dijadikan tugu proklamasi,
lengkap dengan tulisan Proklamasi yang masih dalam corat-coret (sketsa).
Memasuki
rumah sejarah ini, hawa pratiotisme langsung menyergap para pengunjung.
Padahal, rumah ini ditinggali keturunan Tionghoa, namun mereka sangat mencintai
Bangsa Indonesia. Buktinya, seluruh peninggalan serta barang-barang yang pernah
digunakan Soekarno - Hatta mengonsep naskah proklamasi terjaga utuh. Hanya meja
tulis yang tidak ada, karena diminta Kodam III Siliwangi.
Rumah
yang terbuat dari kayu jati ini, tidak ada satupun yang diganti. Mulai dari
lantai yang terbuat dari tehel merah, langit-langit dari bilik bambu, serta
dinding rumah serta pintu dan jendela yang terbuat dari kayu jati masih
terpelihara utuh, berikut gentingnya. Hanya balandongan yang tidak ada, karena
halamannya sangat sempit dibanding yang dulu.
Dibagian
dalam rumah, selain terdapat perlengkapan rumah dengan kondisi utuh. Di dalam
ruangan terdapat dua kamar. Kamar dibagian kanan dari pintu masuk dulu
ditempati Soe-karno, dan bagian kiri ditempat Muhammad Hatta. Di dalam kamar,
masih tersimpan ranjang berikut kasur kapuk serta tirai ranjang. Semuanya masih
asli, tidak ada yang diganti. Hanya sesekali dicuci untuk menjaga kebersihan.
Sekadar
menggali informasi, pengunjung bisa bertanya pada pemilik rumah yang tinggal
disitu, yakni Dyauw Kwin Moi (59) , cucu dari Djau Kie Siong. Namun jangan
heran, keterangan yang disampaikan tidak seutuhnya, karena pemilik rumah tidak
mengalami saat rumah nenek moyangnya dijadikan tempat pembuatan naskah
Proklamasi.
Mengunjungi
rumah sejarah Rengasdengklok ini, seolah kita merasa kembali ke tahun 1945
sehingga bisa menikmati heroiknya para pemuda dan kalangan orangtua dalam
merumuskan naskah proklamasi. Suasana itu bisa Anda rasakan disetiap sudut
rumah. Anda seperti dibimbing sesuatu untuk menyusuri jengkal demi jengkal
rumah itu. Banyangan Soekarno - Hatta begitu jelas tampak di rumah itu. Bahkan
menurut Dyauw Kwin Moi (59) cucu dari Djau Kie Siong., dirinya pernah
kedatangan sosok Soekarno - Hatta yang meminta agar pemilik rumah
mempertahankan kondisi rumah apa adanya, tidak boleh ada yang diubah sedikit
pun.
Pesan
itu lah yang dipegang kuat oleh Dyauw Kwin Moi hingga sekarang. Keindahan dan
nilai sejarah yang begitu tinggi, membuat sebagian orang berburu untuk
mendapatkan sesuatu, ada yang melakukan tirakat, semedi maupun kegiatan
lainnya. Intinya yang datang berkunjung ingin mendapatkan berkah dan
pengetahuan dari rumah bersejarah ini.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Di
setiap momen peringatan kemerdekaan Republik Indonesia, kita diingatkan lagi
oleh satu peristiwa yang mengawali proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia
yaitu Peristiwa Rengasdengklok. Tanpa peristiwa itu, barangkali kita tidak akan
merdeka seperti saat ini. Atau kalau dengan bahasa yang agak bombastis “Tidak
ada kemerdekan tanpa Peristiwa Rengasdengklok!”.
Peristiwa
Rengasdengklok dimulai dari “penculikan” yang dilakukan oleh sejumlah pemuda
(Soekarni, Wikana dan Chaerul Saleh dari perkumpulan “Menteng 31“) terhadap
Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul
04.00. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk
kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,
sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno
dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan
proklamasi akan dilaksanakan.
B.
Saran
Kita
sebagai generasi muda jangan sampai melupakan sebuah sejarah yang membuat kita
bisa menghirup udara kebebasan dimana kita yang terjajah menjadi negri yang
merdeka bisa sekolah bisa bekerja atau bisa apa saja dengan tanpa adalagi rasa
khawatir sedikitpun dalam benak kita .
Peristiwa
Rengasdengklok adalah salah satunya karena dengan terjadinya peristiwa itu maka
dimulainya sebuah pintu kemerdekaan sampai saat ini. Sekian karya tulis ini dan
ucap terima kasihku bagi para pahlawanku di negri tercinta ini semoga semua
amal nya di balas ALLAH SWT, Amin
1 komentar:
Makalah Sejarah Tentang Peristiwa Rangesdengklok >>>>> Download Now
>>>>> Download Full
Makalah Sejarah Tentang Peristiwa Rangesdengklok >>>>> Download LINK
>>>>> Download Now
Makalah Sejarah Tentang Peristiwa Rangesdengklok >>>>> Download Full
>>>>> Download LINK
Posting Komentar