Ingin File Wordnya Langsung Klik [ Disini ]
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
ucapkan kehadirat ALLAH SWT karena atas rahmat dan ridho – Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “BangsaInggris Tiba Di Indonesia” ini tanpa
menemuai hambatan yang berarti.
Kami juga
mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah
mendukung terselesainya makalah ini.
Kami menyadari
bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, demi perbaikan
makalah ini di kemudian hari.
Demikian, kami
harap buku ini dapat dipergunakan sebaik – baiknya dan dapat memberikan manfaat
yang besar bagi kita senua. Amien.
Balinggi , 17 Januari 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Jatuhnya kota
Konstantinopel (Ibu Kota kerajaan Romawi Timur) ke tangan Turki Usmani tahun
1453,kemudian bangsa Turki menutup Konstantinopel untuk orang Eropa akibatnya
di Eropa terjadi kelangkaan rempah-rempah, maka mulailah mereka mencari Negeri
asal rempah-rempah.
Tujuan kedatangan
Bangsa Eropa ke Indonesia dengan 3G:
·
GOLD, mencari
kekayaan (rempah-rempah)
·
GLORY, mencari
Kejayaan (menjajah)
·
GOSPEL,
menyebarkan agama Nasrani.
Pada awalnya, tujuan
kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia hanya untuk membeli rempah-rempah dari
para petani Indonesia. Namun, dengan semakin meningkatnya kebutuhan industri di
Eropa akan rempah-rempah, mereka kemudian mengklaim daerah-daerah yang mereka
kunjungi sebagai daerah kekuasaannya.
Di tempat-tempat ini,
bangsa Eropa memonopoli perdagangan rempah-rempah dan mengeruk kekayaan alam
sebanyak mungkin. Dengan memonopoli perdagangan rempah-rempah, bangsa Eropa
menjadi satu-satunya pembeli bahan-bahan ini. Akibatnya, harga bahan-bahan ini
pun sangat ditentukan oleh mereka. Untuk memperoleh hak monopoli perdagangan
ini, bangsa Eropa tidak jarang melakukan pemaksaan.
Penguasaan sering
dilakukan terhadap para penguasa setempat melalui suatu perjanjian yang umumnya
menguntungkan bangsa Eropa. Selain itu, mereka selalu turut campur dalam urusan
politik suatu daerah. Bangsa Eropa tidak jarang mengadu domba berbagai kelompok
masyarakat dan kemudian mendukung salah satunya. Dengan cara seperti ini,
mereka dengan mudah dapat mempengaruhi penguasa untuk memberikan hak-hak
istimewa dalam berdagang.
B.
Permasalahan
·
Bagaimana Proses
Kedatangan Inggris Tiba Di Indonesia?
·
Tindakan
Tindakan Apa Yang Dilakukan Raffles Selama Memerintah Diindonesia?
·
Apa Tujuan Dan
Dampak Kedatanagan Bangsa Inggris Di Indonesia?
·
Bagaimana Proses
Perlawanan Rakyat Terhadap Bangsa Inggris?
C.
Tujuan
Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran
Sejarah
BAB II
PEMBAHASAN
Bangsa yang dikenal oleh penduduk eropa dengan nama
Jawa atau jawa besar atau biasa disebut oleh penduduknya dengan nama tana
(tanah) jawa, atau nusa ( pulau) jawa, adalah bagian terbesar dari apa yang
disebut oleh para ahli geografi sebagai kepulauan sunda. Pulau ini sering
dianggap salah satu dari kepulauan Malaya, yang membentuk gugusan kepulauan
oriental dan kemudian di katakana sebagai kepulauan Asiatik. Terbentang kearah
timur laut dan sedikit kea rah selatan, sejauh 105 derajat 11’ sampai 114
derajat 33’ Lintang Timur dari Greenwich dan terletak antara 5 derajat 52’
sampai 8 derajat 46’ Lintang selatan. Di daerah selatan dan barat berbatasan
dengan samudra hindia arah timur di batasi selat sunda yang memisahkannya
dengan sumatera dengan jarak dari ujung hanya 14 mil dan di arah tenggara di
batasi oleh selat bali selebar 2 mi, yang memisahkan pulau Bali. Pulau – pulau
ini dan yang lainnya membentang kearah timur laut, yang membentuk jawa berupa
ceruk lembut dengan luas lebih dari 2000 mil, dan diteruskan dengan Acheen ke
Pegu disisi lain, dan dari Timor ke Papua (New Guinea) di sisi lain, daerah ini
terletak dibarat dan selatan, sama dengan Banka, Biliton, pulau – pulau besar
Celebes dan Borneo.
Panjang pulau Jawa, ditarik secara garis lurus dari
ujung ke ujung (kepala pulaudan ujung tenggara pulau itu) adalah 575
goegrafikal atau setara dengan 666 meter persegi. Lebarnya berkisar antara 170
geografikal atau 135,5 meter persegi ( antara ujung barat daya pantai Pachitan
dan ujung Jepara sampai dengan 48 geografikal atau 56 meter persegi (dari mulut
sungai serayu dan Marabaya, 5 derajat sebelah tegal) dan area ini tampaknya
meliputi wilayah seluas 45.000 mil persegi.
Sejumlah pulau – pulau kecil tersebar
disekelilingnya, terutama di sepanjang pantai utara dan didukung dengan letak
daratan diujungnya, membentuk pelabuhan dengan ukuran yang berbeda – beda. Di
daerah ini yang paling penting adalah Madura yang dipisahkan dari pulau utama
jawa atau sebuah selat tidak lebih lebar dari 1 mil, dan membentuk pelabuhan
utama, yaitu Surabaya. Pulau ini merupakan kepanjangan dari daerah kekuasaan
kerajaan di Jawa dan menjadi salah satu provinsi kerajaan jawa. Panjang Madura
sekitar 79 geografikal atau 91,5 mil persegi dan bagian tersempit sekitar 27
geografikal atau sekitar 31,5 mil persegi. Pulau – pulau kecil yang terletak di
sebelah timur dianggap sebagai bagian dari kekuasaannya.
Kondisi umum pulau jawa berupa dataran rendah di
sepanjang pantai utara, banyak terdapat rawa – rawa yang banyak ditumbuhi pohin
bakau dan semak belukar, terutama di kawasan barat. Sebaliknya, dipantai
selatan terdiri dari pegunungan dan bukit – bukit berbatu yang tingginya
bervariasi. Dataran tinggi yang terbesar berada di sebelah barat, yaitu
Bandung, terletak diantara dua gunung berapi, yang merupakan cabang dari kaki
gunung Gede. Sementara disebelah timur terdapat daerah yang dikenal dengan nama
Solo dan Kediri yang memanjang dari distrik tengah dari Kediri ke merapi dan
mencakup bekas kerajaan majapahit dengan pemandangan yang sangat indah kecuali
Lembah Kedu dan Provinsi Banyumas.
Sedangkan daerah dataran rendahnya tidak seindah
dataran tingginya, terutama dataran rendah Demak yang dulu berupa rawa yang
luas, dan wilayah sungai Surabaya. Banyak tempat terutama diantara wilayah
pegunungan di distrik barat, masih tampak asli, dimana tempat – tempat yang
dulu dibersihkan kini ditumbuhi rumput ilalang yang tinggi. Di distri tengah
dan timur, tanahnya kebanyakan berupa lahan pertanian.
Hamper semua gunung – gunung berapi terbentuk dari
susunan dan jenis benatuan yang sama, menjulang ke atas denga sisi tegak lurus
dan di kaki gunung tanahnya lebih melandai. Sisi gunung ini membentuk lembah
yang besar sering kali tampak disini dan lembah ini sering kali berisi sungai –
sungai yang terbentuk dari puncak gunung, dimusim hujan volume sungai ini
bertambah banyak.
Selain deretan pegununga tinggi diatas, terdapat
pula pegunungan yang lebih kecil atau perbukitan. Yang terletak di berbagai
tempat dengan ketinggian yang sama rata. Terkadang mereka berasal dari letusan
gunung berapi sebelumnya dan berhubungan dengan gunung berapi lainnya, namun
terkadang bukit ini berdiri sendiri dan terpisah dari barisan gunung berapi
manapun.
Kedatangan bangsa Inggris ke Indonesia dirintis oleh
Francis Drake dan Thomas Cavendish. Dengan mengikuti jalur yang dilalui Magellan,
pada tahun 1579 Francis Drake berlayar ke Indonesia. Armadanya berhasil membawa
rempah-rempah dari Ternate dan kembali ke Inggris lewat Samudera Hindia.
Perjalanan beriktunya dilakukan pada tahun 1586 oleh Thomas Cavendish melewati
jalur yang sama.
Pengalaman kedua pelaut tersebut mendorong Ratu
Elizabeth I meningkatkan pelayaran internasioalnya. Hal ini dilakukan dalam
rangka menggalakan ekspor wol, menyaingi perdagangan Spanyol, dan mencari
rempah-rempah.
Ratu Elizabeth I kemudian memberi hak istimewa
kepada EIC (East Indian Company) untuk mengurus perdagangan dengan Asia. EIC
kemudian mengirim armadanya ke Indonesia. Armada EIC yang dipimpin James
Lancestor berhasil melewati jalan Portugis (lewat Afrika). Namun, mereka gagal
mencapai Indonesia karena diserang Portugis dan bajak laut Melayu di selat
Malaka.
Awal abad ke 17, Inggris telah memiliki jajahan di
India dan terus berusaha mengembangkan pengaruhnya di Asia Tenggara, kahususnya
di Indonesia. Kolonialisme Inggris di Hindia Belanda dimulai tahun 1604.
menurut catatan sejarah, sejak pertama kali tiba di Indonesia tahun 1604, EIC
mendirikan kantor-kantor dagangnya. Di antaranya di Ambon, Aceh, Jayakarta,
Banjar, Japara, dan Makassar.
Walaupun demikian, armada Inggris tidak mampu
menyaingi armada dagang barat lainnya di Indonesia dagang Barat lainnya di
Indonesia, seperti Belanda. Mereka akhirnya memusatkan aktivitas perdagangannya
di India. Mereka berhasil membangun kota-kota perdagangan seperti Madras,
Kalkuta, dan Bombay
Pada tahun 1610, gubernur Jendral Belanda pertama,
Bolt, tiba di Bantam. Ia berpendapat bahwa daerah tersebut tidak cukup baikk
untuk dijadikan tempat pemukiman tetap sehingga ia pindah ke Jakarta. Pada
tanggal 4 Maret 1621, nama Batavia diganti oleh pemerintah Hindia Belanda menjadi
Jakarta (Jakarta Sekarang), yang sejak saat itu menjadi ibukota Hindia Timur.
Pada tahun 1811, tentara Inggris melancarkan
serangan terhadap daerah-daerah yang diduduki oleh Belanda, termasuk Hindia
Timur atau yang lebih dikenal dengan Hindia-Belanda (sekarang Indonesia).
Pasukan Inggris tidak mengalami kesulitan menghadapi pasukan Belanda. Selain
itu, pasukan Belanda juga mendapat serangan dari pasukan raja-raja di Jawa.
Serangan itu menyebabkan Belanda akhirnya menyerah kepada Inggris. Oleh sebab itu,
sejak tahun 1811 Hindia Timur menjadi jajahan Inggris dengan kongsi dagang EIC
nya yang dipimpin oleh Gubernur-Jenderal Lord Minto. Lord Minto kemudian
mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai pemegang kekuasaan atas Pulau Jawa
dengan pangkat Letnan Gubernur Jenderal.
Pada tanggal 8 Agustus 1811, mereka berhasil
menguasai Batavia. Jenderal Jumel yang ditugaskan mempertahankan Batavia
terpaksa mundur hingga di garis pertahanan Meester Cornelis. Kemudian pimpinan
pertahanan diambil oleh Jansens. Ia dihimbau agar Pulau Jawa diserahkan kepada
Inggris tetapi ditolak. Segera terjadi pertempuran yang hebat di Meester
Cornelis selama 16 hari. Tentara Belanda ternyata tidak sanggup bertahan
sehingga Jansens mundur ke arah Bogor. Dari Bogor ia berangkat ke Semarang
dengan harapan dapat mempertahankan Pulau Jawa dari sana. Ia juga mengharapkan
raja-raja yang berkuasa dapat memberikan bantuan, tetapi hal itu tidak
terpenuhi.
Pada tanggal 18 September 1811, Jansens terpaksa
menyerahkan kepada Inggris. Ia menandatangi Perjanjian Tuntang yang isinya
sebagai berikut.
1)
Pulau Jawa,
Palembang, dan Makasar diserahkan kepada Inggris
2)
Semua anggota
tentara Belanda ditahan
3)
Pemerintah
Inggris tidak akan mengakui utang-utang yang dibuat oleh pemerintah Prancis
selama masa pemerintahan Daendels
4)
Pegawai-pegawai
pemerintah yang masih ingin bekerja di bawah pemerintah Inggris boleh ettap
memegang jabatannya.
Dengan adanya Perjanjian Tutang itu, sejak tanggal
17 September 1811 Belanda tidak memiliki kekuasaan di Indonesia. Lord Minto sebagai
Wakil Pemerintah Inggris di India mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai
Letnan Gubernur di Hindia Belanda. Wakilnya adalah Robert Rallo Gillespie,
seorang Kolonel yang kemudian dinaikkan pangkatnya pada tahun 1812 menjadi
Mayor Jenderal.
Sebagai penganut paham liberalis, Raffles mengadakan
peruabhan pemerintahan dan ekonomi. Dalam bidang pemerintahan, ia membagi
wilayah Indonesia atas empat wilayah gubernemen (daerah administrasi), yaitu
Malaka, Bengkulu, Maluku, dan Jawa yang dibaginya menjadi 16 Keresidenan. Dalam
bidang ekonomi, ia melaksanakan kebijaksanaan ekonomi yang didasarkan pada
prinsip ekonomi liberal, yakni kebebasan dalam berusaha dan perdagangan.
Sehubungan dengan itu, dalam masa pemerintahannya (1811-1916), ia mencoba
kebijakan sebagai berikut :
a)
Menghapus segala
penyerahan wajib dan kerja paksa atau rodi. Rakyat diberikan kebebasan untuk
menanam tanahnya dengan jenis tanaman yang menguntungkan.
b)
Mengadakan
perubahan sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh penguiasa bumiputra dengan
sistem pemerintahan konolial yang bercorak Barat.
c)
Bupati-bupati
atau penguasa-penguasa bumiputra dilepaskan dari kedudukannya dan dijadikan
pegawai kolonial yang berada langsung di bawah pemerintah pusat. Dengan
demikian, mereka tidak lagi sebagai penguasa daerah, ettapi sebagai pegawai
yang harus menjalannkan tugas atas perintah atasannya.
d)
Thomas Stamford
Raffles menganggap pemerintah kolonial adalah pemilik semua tanah yang ada di
daerah jajahannya. Oleh karena itu, bagi mereka yang menggarap tanah adalah
penyewa tanah pemerintah, sehingga wajib membayar sewa tanah kepada pemerintah.
Sewa tanah atau landrent diserahkan sebagai pajak atas pemakaian tanah
pemerintah oleh penduduk.
Orang Inggris dan singapura menyebutnya dengan
pangilan terhormat, Sir. Padahal, sosok yang paling banyak meninggalkan nama
ilmiah pada kekayaan flora dan fauna di Hindia – Belanda ini, tidak lahir dari
lingkungan istana. Dia bukan bangsawan atau kaum feudal yang berhak menyandang gelar
“Tuan”. Bayi yang diberi nama Thomas Raffles tersebut lahir nun jauh di lepas
pantai Jamaika, dekat Port Morant, di atas geladak Kapal Ann, pada 6 Juli 1781.
Ayahnya Benjamin Raffles (1739 – 1812), pada awalnya
hanyalah seorang tukang masak disebuah kapal hingga akhirnya menjadi kapten.
Ibu nya adalah Anne Lyde Linderman (1752 – 1824), putrid pasangan Linderman
(1721 – 1791) dan Susannah Leigh (1725 – 1754). Krisis ekonomi yang melanda
Inggris pada masa itu menyebabkaan keluarga kapten Benjamin Raflees menghadapi
kesulitan ekonomi yang cukup berat. Situasi ekonomi yang tidak menentu ini,
memaksa Thomas Raffles muda untuk mencari pekerjaan guna menyongkong ekonomi
kelurganya. Ditunjang pendidikan formal seadanya, Thomas Raffles beruntung
taktala ayah dari seorang sahabatnya member pekerjaan pertama sebagai juru
tulis disebuah perusahaan Hindia – Timur (1759). Raffles dikenal sebai pemuda
yang tekun dan rajin belajar. Berkat keuletan dan kemauannya yang kerja keras,
ia kemudian di promosikan menjadi Asisten sekertaris di perusahaan yang sama
untuk wilayah kepulauan melayu.
Thomas Raffles baru mencantumkan nama “Stamford” di
tengah namanya dikemudian hari, yaitu ketika sosok berkarakter penuh warna ini
berkembang menjadi pribadi yang sangat dihormati di kawasan laut Cina Selatan.
Sejarah hidup Thomas Stamford Raffles dimulai ketika dirinya dikirim ke Pulau
Penang, Malaysia pada 1804.
Pada tahun 1811, Thomas Stamford Raffles disertakan
dalam rombongan ekspedisi ke tanah Jawa sebagai Letnan Gubernur (Lieutenant Governor
of Java), di bawah perintah Gubernur Jendral (di India) Sir Gilbert Elliot
Murray-Kynyn-mond (1751 – 1841) atau yang lebih di kenal dengan nama Lord
Minto. Tahun 1814 Lord Minto meninggal dunia dan Raffles menjadi Gubernur
Jenderal di Jawa sampai 1816.
Pada 1818, Thomas Stamford Raffles kembali ke timur
dan segera di promosikan menjadi gubernur Bengkulu (Bencoolen), yang kemudian
di kenal sekarang sebagai pulau Sumatera. Pada masa pemerintahannya di pesisir
pantai barat Sumatera itu, Raffles melakukan banyak kegiatan penelitian flora
dan fauna, yang baginy asangat menakjubkan. Dia menelusuri hutan di pedalaman
Sumatera serta sabagian pulau Jawa bersama para ahli binatang dan botani yang
dipekerjakan di luar misi imperialisme dagang yang ditugaskan kerajaan Inggris.
Eksotisme Flora dan fauna di tanah Jawa dan Sumatera, telah membuat hatinya
tertambat.
Tahun 1819 Raffles menggagas pusat perdagangan
di Pulau Singapura dalam kerja sama
dengan Tumenggung Sri Maharaja penguasa Singapura. Inggris diizinkan mendirikan
koloni di Singapura dengan syarat Inggris melindungi para pedagang Singapura
dari Belanda dan Bugis. Raffles bersumpah Singapura akan dijadikan koloni baru
yang meskipun kecil, namun akan jauh lebih maju dari Tanah Jawa yang dikuasai
Belanda. Sumpah Raffles terwujud. Singapura menjadi pusat perdagangan paling
penting di wilayah Hindia Timur, sampai kini.
Thomas Stamford Raffles sangat terpesona oleh
keragaman besar dari hewan aneh dan tanaman dari Hindia Timur selama masa
jabatannya di sana. Dia segera dipekerjakan ahli zoologi dan botani untuk
menemukan semua yang mereka dapat tentang hewan dan tumbuhan di kawasan dan
akan membayar asistennya keluar dari kantong sendiri untuk mengumpulkan
spesimen. Dia juga dihidupkan kembali dan menjadi presiden Masyarakat Batavia
yang aktif terlibat dalam studi sejarah alam Jawa dan daerah sekitarnya.
Dalam memoar tentang dirinya, istrinya Lady Sophia
Raffles, koleksi binatang juga menyebutkan, di antara yang indah spesimen
tapir, badak dan kijang. Dia menyebutkan bahwa dikirim ke Inggris. Raffles juga
menyimpan beberapa hewan sebagai hewan peliharaan. Sebuah beruang anak dia
dibesarkan dengan anak-anaknya dilaporkan sering bergabung dengannya untuk
makan malam, makan mangga dan minum sampanye
Saat Jawa kembali ke tangan Belanda, Raffles tengah
menggagas dan mengerjakan proyek arkeologi dan botani di Jawa. Kemudian sampai
tahun 1823 Raffles menjadi Gubernur di Bengkulu. Beberapa wilayah di Sumatra
(Belitung, Bangka dan Bengkulu) memang berdasarkan suatu perjanjian tak
diserahkan ke tangan Belanda.
Hati Raffles sebenarnya telah tertambat dengan Jawa
dan ia benci Belanda kembali berkuasa di Jawa. Karena situasi politik, tahun
1823 Raffles meninggalkan Indonesia (Bengkulu) dan tiga tahun kemudian
meninggal dunia sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-45,karena menderita
Apoplexy atau Stroke. Meskipun ia meninggal dalam usia yang masih tergolong
muda, telah banyak jejak yang ditinggalkan Raffles terutama dalam karya-karya
ilmu pengetahuan alam dan sejarah Jawa dan Sumatra. Menurut catatan Sophia
Malkasian, mahasiswa pascasarjana pada Southest Asia Studies Program, Ohio
University, Amerika Serikat, sebagaimana di muat dalam artikel “Determined to
Die? European Accounts of Violence in the Pre – Colonial Indonesian Arcipelag”
(2002), Raffles dianggap sebagai salah seorang pelopor kajian Jawa, serta
bukunya menjadi sumber gagasan Barat mengenai daerah tersebut, dan sebagai
titik awal pengkajian di wilayah Timur.
Raffles yang menggagas pendirian Kebun Raya Bogor
dan membantu botanist Prof. Reindwardt (Belanda) dengan ahli2 dari Inggris
untuk menyelesaikannya dan meresmikannya pada tahun 1817. Kebun Raya dan kebun
binatang di Singapura yang terkenal itu juga didirikan oleh Raffles. Adalah
atas prakarsa Raffles juga warisan budaya Jawa digali dan ditemukan : Candi
Borobudur (1814), Candi Panataran (1815), Candi Prambanan (1815). Begitu besar
perhatiannya pada sastra dan budaya setempat membuat Raffles mendirikan Museum
Etnografi Batavia. Raffles pun sebagai administrator pemerintahan di Jawa dan
Bengkulu banyak meninggalkan
sistem-sistem pemerintahan seperti pembagian karesidenan, sistem pajak, dsb.
Selain
itu tindakan Raffles selama memerintah diIndonesia:
1.
Bidang
pemerintahan
a)
Membagi Pulau
Jawa menjadi 18 karesidenan
(Banten, Batavia,
Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Kedu, Jipang-Grobogan, Jepara, Rembang,
Gresik, Surabaya, Pasuruan, Besuki, Banyuwangi, MaduraVorstenlanden Kasunanan
Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta yang meliputi Mancanagara Wetan dan
Mancanagara Kilen.)
b)
Mengangkat
Bupati menjadi pegawai negeri yang digaji
c)
Mempraktekan
sistem yuri dalam pengadilan seperti di Inggris
d)
Melarang adanya
perbudakan
e)
Membangun pusat
pemerintahan di Istana Bogor
2.
Bidang
perekonomian dan keuangan
a)
melaksanakan
sistem sewa tanah (Land rente),
Tindakan ini
didasarkan pada pendapatan bahwa pemerintah Inggris adalah yang berkuasa atas
semua tanah, sehingga penduduk yang menempatitanah wajib membayar pajak.
b)
Meneruskan usaha
yang pernah dilakukan Belanda misalnya penjualan tanah kepada swasta, serta
penanaman kopi.
c)
Melakukan
penanaman bebas, melibatkan rakyat ikut serta dalam perdagangan.
d)
Memonopoli garam
agar tidak dipermainkan dalam perdagangan karena sangat penting bagi rakyat.
e)
Menghapus segala
penyerahan wajib dan kerja rodi
3.
Sejarah dan
keadaan alam Indonesia.
a)
Membangun gedung
Harmoni di jalan Majapahit Jakarta untuk Lembaga Ilmu pengetahuan yang berdiri
sejak tahun 1778 bernama Bataviaasch Genootschap
b)
Menyusun sejarah
Jawa berjudul “Histori of Jawa“ yang terbit tahun 1817.
c)
Namanya diabadikan
pada nama bunga Bangkai raksasa yang ditemukan seorang ahli Botani bernama
Arnold di Bengkulu dan Raffles adalah Gubernur Jenderal di daerah tersebut
Raffles membayangkan bahwa apabila para petani
memiliki kebebasan untuk merawat tanamannya dan menjual hasilnya secara bebas,
maka mereka akan terdorong untuk bekerja lebih giat. Makin giat mereka bekerja,
makin besar pula hasil yang akan diperoleh. Dengan kata lain, kegairahan
bekerja akan meningkat sesuai dengan harapan akan menikmati hasilnya.
Niat Raffles untuk meningkatikan kehidupan rakyat
ternyata tidak berhasil dengan baik. Hal ini disebabkan ekonomi masyarakat desa
pada waktu itu belum memungkinan petani untuk memperoleh uang sebagai pengganti
hasil bumi. Selain itu, para bupati dan petugas lainnya banyak yang korup.
Sekali pun demikian usaha Raffles cukup berarti karena berhasil mengurangi
kekuasaan para Bupati. Demikian pula sistem sewa tanah yang walaupun kurang
berhasil, tetapi dilanjutkan pula oleh pemerintah Belanda pada masa berikutnya.
Bangsa inggris datang ke nusantara pada 1811 dengan
kongsi dagang bernama East India Company (EIC) tujuannya, merebut seluruh
kekuasaan belanda yang saat itu sudah menguasai sebagian besar Nusantara (tidak
hanya ternate)
Dengan datangnya bangsa inggris, inggris
membuat kebijakan kebijakan, seperti :
1)
Memperbaiki
dalam bidang pemerintahan. Caranya :
·
Indonesia (pulau
jawa) dibagi menjadi 16 karesidenan
·
Para bupati
diangkat menjadi pegawai negri
·
Daerah keratin
jogjakarta dan surakarta dipersempit
·
Mengurangi
kekuasaan raja
2)
Memperbaiki
dalam bidang keuangan. Caranya :
·
Melaksanakan
system perdagangan bebas
·
Melaksanakan
system sewa tanah / land-rente
·
Melanjutkan system
perdagangan perkebunan kopi
·
Memonopoli
perdagangan garam
3)
Memperbaiki
dalam bidang social. Caranya :
·
Menghapuskan
system perbudakan
·
Mengurangi
pengaruh kekuasaan tradisional
·
Serta jasa2 yang
di berikan raffles selama memerintah indonesia
·
Mendukung lembaga
kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang bernama bataviaasch genootschop di harmoni
·
Menulis buku
–the history of java-
·
Menemukan bunga
–rafflesia arnoldi-
·
Istrinya, olivia
marianne, -merintis kebun raya bogor-
·
Mengembalikan
sultan sepuh menjadi sultan yogyakarta
Pada saat Inggris berkuasa menggantikan Belanda di
Jawa, yang mengisi kekeuasaan di pusat adalah Raffles, sedangkan di keresidenan
Yogyakarta adalah John Crawfurd. Rasa kekesalan yang dilampiaskan Sultan
diterima oleh Crawfurd. Pada kunjungan pertama yang dilakukan Raffles ke Jawa
Tengah pada Desember 1811 yang disana ia menandatangani perjanjian-perjanjian
dengan para penguasa. Memperoleh kesepakatan bahwa ia akan membatalkan perampasan-perampasan
wilayah yang dilakukan oleh Daendels.
Sikap Raffles banyak menyesuaikan dengan keadaan dan
diaanggap lemah oleh Sultan. Sementara itu terjadi surar-menyurat secara
rahasia oleh Sunan dan Sultan untuk melaksanakan penyerangan terhadap pemerintah
Inggris. Namun kabar tersebut terdengar oleh Raffles dan dengan segera ia
mempersiapkan pasukannya. Dan pada bulan April 1812 ekspedisi terhadap Sultan
dilakukan. Sultan yang menghadapi pasukan Inggris tidak mendapat bala bantuan
dari Surakarta.
Seperti yang tertulis dalam surat rahasia bahwa
suarakarta akan membantu Yogyakarta apabila bersedia melakukan perlawanan
terhadap Inggris. Hal tersebut akhirnya diketahui oleh Raffles dan kraton
Yogyakarta harus membayhar ganti rugi yang dialami oleh Inggris dan jumlahnya
lebih besar dari apa yang ditanggung oleh Kraton Surakarta.
Tanggal 11 Agustus 1812 diadakan perjanjian atas
rampasan daerah mancanegara dan daerah takluk Kedu. Dan ulah yang dibuat
Raffles lainnya adalah pemecahan kesetiaan terhadap Kraton Yogyakarta yaitu
dengan mengangkat Natakusuma sebagai Paku Alam yang bertanggungjawab kepada
pemerintah Eropa. Kesusahan yang terjadi di Yogyakarta masih berlangsung sanpai
Sultan HB III. Sultan yang baru ini belum bisa mengembalikan keadaan kraton
sepenuhnya karena secara tiba-tiba ia wafat. Dan kedudukan selanjutnya
digantikan oleh anaknya yang masih muda. Karena anaknya belum mampu untuk
memegang kekuasaan maka kekuasaan dipegang oleh Paku Alam. Namun kondisi
tersebut disalahgunakan olehnya dengan cara memperkaya diri. Kemudian setelah
diketahui kondisi yang demikian maka kekuasaan dipegang Ratu Ibu dan Patih
Danurejo IV.
Kondisi yang terjadi di kraton mendapat banyak
kritikan salah satunya adalah Diponegoro seorang pangeran dari selir Sultan HB
III. Ia jarang sekali terlihat di kraton namun ia hidup di desa Tegalrejo
bersama pamannya. Dan ia hanya datang ke kraton hanya pada saat gerebeg saja.
Pada permasalahan-permasalahan yang terjadi di kraton Diponegoro selalu turut
serta dan ia pun tidak suka cara yang dilakukan oleh patih Danurejo. Apa yang
dilakukannya selalu berlawanan dengan apa yang seharusnya terjadi dalam
pemerintahan Kraton. Sehingga banyak yang tidak suka dengan cara kerja yang
dilakukannya.
Hingga pada suatu ketika pada saat Crawfurd telah
digantikan Smitsser dan Danurejo masih memegang kekuasaan suasana politik dalam
kraton semakin tidak menentu. Banyak sekali para pejabat yang diberhentikan
olehnya. Sehingga banyak sekali yang tidak suka dengan sikap Danurejo.
Sejak diberhentikannya bupati Banyumas Diponegoro
jadi sering tidak kelihatan dalam kraton , ia kembali ke desanya untuk
mengumpulkan massa guna melakukan perlawanan terhadap pemerintah Belanda dan
Danurejo. Konsep perang sabil pun menjadi landasan perlawanan, sebab ia adalah
seorang tokoh yang memebimbing keagamaaan Sultan dalam kraton. Para pengikut
dan pendukung Diponegoro pun semakin banyak sehingga terjadilah perang yang
berkecamuk di Yogyakarta.
Pemberontakan sepoy Tahun 1815 terjadi pada saat
akhir kekuasaan Inggris di Pulau Jawa. Pemerontakan itu dipicu oleh adanya
persekongkolan yang terjadi diantara pasukan Sepoy dan Pakubuwono IV. Pasukan
sepoy adalah pasukan yang dibawa oleh Inggris dari india ketika Belanda
dikalahkan oleh perancis untuk membersihkan tanah jawa dari orang-orang Belanda.
Tugas dari pasukan sepoy hanyalah sebagai pasukan sukarela saja yang
ditempatkan di keresidenan jawa.
Persekongkolan ini dimulai ketika Belanda terlepas
dari perancis yang telah terdengar oleh pasukan Sepoy. Pasukan sepoy yang
mengetahui hal tersebut khawatir bahwa apabila suatu sat Inggris akan
meninggalkan Jawa maka mereka tidak ikut dibawa ke India. Pikiran tersebut
selalu membayangi mereka, hingga mereka menukan cara untuk bisa mengadakan
perlawanan terhadap Inggris. Ide seperti itu kemudian dikembangkan dan agar
mereka mendapat dukungan dari kraton para pangeran salah satu dari mereka yaitu
pemimpinnya, Dhaugkul Syihk, mencoba untuk mendekati Pakubuwono VI. Dengan
mendekati pakubuwono VI akhirnya mereka mendapatkan dukungan dari kraton para
pangeran, namun tidak untuk Yogyakarta. Mereka tidak mendapat dukungan dari
Sultan meski Dhaugkul Sikh mendekatinya.
Pendekatan yang dilakukan oleh Dhaugkul Sikh kepada
adalah dengan cara menyamakan kesamaan budaya yang ada di jawa dan yang ada di
india, bukan hanya itu ia juga menyenangkan hati Sunan dengan cara menghadirkan
kesenian dari India. Setelah meluluhkan hati Sunan ia pun melancarkan aksinya
dengan membujuk bekerjasama untuk melawan Inggris. Dan Sunan menerima karena ia
berkeinginan untuk meningkatkan hegemominya di jawa yang telah terkalhkan oleh
Yogyakarta. Hal lain adalah agar anaknya dapat menjadi Sultan di Yogyakarta dan
pangeran dari Mangkubumi dapat menjadi pengusa Surakarta.
Setelah diketahui oleh Raffles bahwa terjadi
persekongkolan yang terjadi antara pasukan sepoy dan Pakubuwono VI maka Raffles
mengirim pasukan untuk menyelidikinya dan mengancam kepada pasukan Sepoy bahwa
siapa yang melakukan persekongkolan akan ditembak mati. Dan ketika Pakubuwono
berjanji pada Mangkubumi akan melindunginya apabila akan ditangkap oleh pasukan
Inggris maka Pakubuwono tidak melindunginya dan malah membiarkan Mangkubumi
ditangkap dan diasingkan.
Perang Diponegoro adalah perang besar dan menyeluruh
berlangsung selama lima tahun (1825-1830) yang terjadi di Jawa, Hindia Belanda
(sekarang Indonesia), antara pasukan penjajah Belanda di bawah pimpinan Jendral
De Kock melawan penduduk pribumi yang dipimpin seorang pangeran Yogyakarta
bernama Pangeran Diponegoro. Dalam perang ini telah berjatuhan korban yang
tidak sedikit. Baik korban harta maupun jiwa. Dokumen-dokumen Belanda yang
dikutip para ahli sejarah, disebutkan bahwa sekitar 200.000 jiwa rakyat yang
terenggut. Sementara itu di pihak serdadu Belanda, korban tewas berjumlah
8.000.
Perang Diponegoro merupakan salah satu pertempuran
terbesar yang pernah dialami oleh Belanda selama menjajah Nusantara. Peperangan
ini melibatkan seluruh wilayah Jawa, maka disebutlah perang ini sebagai Perang
Jawa. Setelah kekalahannya dalam Perang Napoleon di Eropa, pemerintah Belanda
yang berada dalam kesulitan ekonomi berusaha menutup kekosongan kas mereka
dengan memberlakukan berbagai pajak di wilayah jajahannya, termasuk di Hindia
Belanda. Selain itu, mereka juga melakukan monopoli usaha dan perdagangan untuk
memaksimalkan keuntungan. Pajak-pajak dan praktek monopoli tersebut amat
mencekik rakyat Indonesia yang ketika itu sudah sangat menderita.
Untuk semakin memperkuat kekuasaan dan
perekonomiannya, Belanda mulai berusaha menguasai kerajaan-kerajaan lain di
Nusantara, salah satu di antaranya adalah Kerajaan Yogyakarta. Ketika Sultan
Hamengku Buwono IV wafat, kemenakannya, Sultan Hamengku Buwono V yang baru
berusia 3 tahun, diangkat menjadi penguasa. Akan tetapi pada prakteknya,
pemerintahan kerajaan dilaksanakan oleh Patih Danuredjo, seseorang yang mudah
dipengaruhi dan tunduk kepada Belanda. Belanda dianggap mengangkat seseorang
yang tidak sesuai dengan pilihan/adat keraton.
Pada pertengahan bulan Mei 1825, pemerintah Belanda
yang awalnya memerintahkan pembangunan jalan dari Yogyakarta ke Magelang lewat
Muntilan, mengubah rencananya dan membelokan jalan itu melewati Tegalrejo.
Rupanya di salah satu sektor, Belanda tepat melintasi makam dari leluhur
Pangeran Diponegoro. Hal inilah yang membuat Pangeran Diponegoro tersinggung
dan memutuskan untuk mengangkat senjata melawan Belanda. Beliau kemudian
memerintahkan bawahannya untuk mencabut patok-patok yang melewati makam
tersebut.
Belanda yang mempunyai alasan untuk menangkap
Pangeran Diponegoro karena dinilai telah memberontak, pada 20 Juli 1825
mengepung kediaman beliau. Terdesak, Pangeran beserta keluarga dan pasukannya
menyelamatkan diri menuju barat hingga Desa Dekso di Kabupaten Kulonprogo, dan
meneruskan ke arah selatan hingga tiba di Goa Selarong yang terletak lima
kilometer arah barat dari Kota Bantul. Sementara itu, Belanda —yang tidak
berhasil menangkap Pangeran Diponegoro— membakar habis kediaman Pangeran
Diponegoro kemudian menjadikan Goa Selarong, sebuah goa yang terletak di Dusun
Kentolan Lor, Guwosari Pajangan Bantul, sebagai basisnya. Pangeran menempati
goa sebelah Barat yang disebut Goa Kakung, yang juga menjadi tempat pertapaan
beliau. Sedangkan Raden Ayu Retnaningsih (selir yang paling setia menemani
Pangeran setelah dua istrinya wafat) dan pengiringnya menempati Goa Putri di
sebelah Timur.
Setelah penyerangan itu, dimulailah sebuah perang
besar yang akan berlangsung 5 tahun lamanya. Di bawah kepemimpinan Diponegoro,
rakyat pribumi bersatu dalam semangat “Sadumuk bathuk, sanyari bumi ditohi
tekan pati“; sejari kepala sejengkal tanah dibela sampai mati. Selama perang,
sebanyak 15 dari 19 pangeran bergabung dengan Diponegoro. Perjuangan Diponegoro
dibantu Kyai Maja yang juga menjadi pemimpin spiritual pemberontakan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada tahun 1811,
tentara Inggris melancarkan serangan terhadap daerah-daerah yang diduduki oleh
Belanda, termasuk Hindia Timur atau yang lebih dikenal dengan Hindia-Belanda
(sekarang Indonesia). Pasukan Inggris tidak mengalami kesulitan menghadapi
pasukan Belanda. Selain itu, pasukan Belanda juga mendapat serangan dari
pasukan raja-raja di Jawa. Serangan itu menyebabkan Belanda akhirnya menyerah
kepada Inggris.
Dengan adanya
Perjanjian Tutang itu, sejak tanggal 17 September 1811 Belanda tidak memiliki
kekuasaan di Indonesia. Lord Minto sebagai Wakil Pemerintah Inggris di India
mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai Letnan Gubernur di Hindia Belanda.
Wakilnya adalah Robert Rallo Gillespie, seorang Kolonel yang kemudian dinaikkan
pangkatnya pada tahun 1812 menjadi Mayor Jenderal.
Dengan bertujuan
merebut seluruh kekuasaan belanda yang saat itu sudah menguasai sebagian besar
Nusantara.
B.
Saran
Saran
saya kepada pembaca, agar memberikan keritik dan saran , guna makalah ini lebih
sempurna.
0 komentar:
Posting Komentar