Ingin File Wordnya Langsung Klik [ Disini ]
Puji syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT
karena atas rahmat dan ridho – Nya kami dapat menyelesaikan makalah KIMIA tentang “Minyak Bumi” ini tanpa
menemuai hambatan yang berarti.
Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar
– besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung terselesainya makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca, demi perbaikan makalah ini di kemudian hari.
Demikian, kami harap buku ini dapat
dipergunakan sebaik – baiknya dan dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita
senua. Amien.
Sausu , 17 Mei
2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Minyak
Bumi adalah salah satu sumber energi yang paling berperan dalam kehidupan
manusia Minyak Bumi merupakan salah satu sumber energi yang paling sering
digunakan oleh manusia. Berdasarkan model OWEM (OPEC World Energy Model),
permintaan minyak dunia pada periode jangka menengah (2002-2010) diperkirakan
meningkat sebesar 12 juta barel per hari (bph) menjadi 89 juta bph atau tumbuh
rata-rata 1.8% per tahun. Sedangkan pada periode berikutnya (2010-2020),
permintaan naik menjadi 106 juta bph dengan pertumbuhan sebesar 17 juta bph.
Minyak
bumi merupakan senyawa hidrokarbon. Sifat dan karakteristik dasar minyak bumi
inilah yang menentukan perlakuan selanjutnya untuk mengolah minyak bumi itu Hal ini juga akan
mempengaruhi produk yang dihasilkan dari pengolahan minyak tersebut.Maka dari
itu pengetahuan tentang minyak bumi sangat penting, mengingat SDA yang paling
banyak digunakan ini tidak dapat diperbahrui
sehingga kita harus berusaha mencari alternatif dan berusaha menghemat minyak
bumi ini
a.
Bagaimana minyak bumi terbentuk?
b.
Apa saja komposisi minyak bumi?
c.
Bagaimana proses pengolahan minyak bumi ?
d.
Apa saja fraksi-fraksi minyak bumi?
e.
Apa saja manfaat dan dampak negatif hasil olahan
minyak bumi?
f.
Apa bahan alternatif pengganti minyak bumi?
a)
Untuk memenuhi tugas pembuatan makalah kimia.
b)
Memperdalam pengetahuan tentang minyak bumi dan
pengolahannya dan manfaat serta dampak negatif dalam kehidupan manusia.
c)
Mengenal berbagai alternatif sumber energi yang
lebih ramah lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
Kondisi
saat pembentukan yang membuat minyak bumi menjadi spesifik dan tidak sama
antara suatu minyak bumi dengan minyak bumi lainnya. Pemahaman tentang proses
pembentukan minyak bumi Akan diperlukan sebagai bahan pertimbangan untuk
menginterpretasikan hasil identifikasi. Ada beberapa hipotesa tentang
terbentuknya minyak bumi yang dikemukakan oleh para ahli, beberapa diantaranya
adalah:
1.
Teori Biogenesis (Organik)
Macqiur (Perancis, 1758) adalah orang yang pertama
kali mengemukakan pendapat bahwa minyak bumi berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Kemudian M.W. Lamanosow (Rusia, 1763) juga mengemukakan hal yang sama. Pendapat
di atas juga didukung oleh sarjana lainnya seperti, New Beery (1859), Engler
(1909), Bruk (1936), Bearl (1938) dan Hofer. Mereka menyatakan bahwa: “minyak
dan gas bumi berasal dari organisme laut yang telah mati berjuta-juta tahun
yang lalu dan membentuk sebuah lapisan dalam perut bumi.”
2.
Teori Abiogenesis (Anorganik)
Barthelot (1866) mengemukakan bahwa di dalam minyak
bumi terdapat logam alkali, yang dalam keadaan bebas dengan temperatur tinggi
akan bersentuhan dengan CO2 membentuk Ocetylena. Ocetylena akan berubah menjadi
benzena karena suhu tinggi. Kelemahan logam ini adalah logam alkali tid ak terdapat bebas di kerak bumi.
Reaksi
yang terjadi::
Alkali
metal + CO2 karbida
karbida
+ H2O ocetylena
C2H2
C6H6 komponen-komponen lain
Kemudian Mandeleyev (1877) mengemukakan bahwa minyak
bumi terbentuk akibat adanya pengaruh kerja uap pada karbida-karbida logam
dalam bumi. kelemahannya tidak cukup banyak karbida di alam. Yang lebih ekstrim
lagi adalah pernyataan beberapa ahli yang mengemukakan bahwa minyak bumi mulai
terbentuk sejak zaman prasejarah, jauh sebelum bumi terbentuk dan bersamaan
dengan proses terbentuknya bumi. Pernyataan tersebut berdasarkan fakta
ditemukannya material hidrokarbon dalam beberapa batuan meteor dan di atmosfir
beberapa planet lain.
Dari sekian banyak hipotesa tersebut yang sering
dikemukakan adalah Teori Biogenesis, karena lebih memungkinkan untuk terjadi.
Teori pembentukan minyak bumi terus berkembang seiring dengan berkembangnya
teknologi dan teknik analisis minyak bumi, sampai kemudian pada tahun 1984 G.
D. Hobson dalam tulisannya yang berjudul “The Occurrence and Origin of Oil and
Gas”.
Berdasarkan teori Biogenesis, minyak bumi terbentuk
karena adanya kebocoran kecil yang permanen dalam siklus karbon. Siklus karbon
ini terjadi antara atmosfir dengan permukaan bumi, yang digambarkan dengan dua
panah dengan arah yang berlawanan, dimana karbon diangkut dalam bentuk karbon
dioksida (CO2). Pada arah pertama, karbon dioksida di atmosfir berasimilasi,
artinya CO2 dihasilkan dari atmosfir
oleh organisme fotosintetik darat dan laut.
Pada arah yang kedua CO2 dibebaskan kembali ke
atmosfir melalui respirasi makhluk hidup (tumbuhan, hewan dan mikroorganisme).
Dalam proses ini, terjadi kebocoran kecil yang memungkinkan satu bagian kecil
karbon yang tidak dibebaskan kembali ke atmosfir dalam bentuk CO2, tetapi
mengalami transformasi yang akhirnya menjadi fosil yang dapat terbakar. Bahan
bakar fosil ini jumlahnya hanya kecil sekali. Bahan organik yang mengalami
oksidasi selama pemendaman. Akibatnya, bagian utama dari karbon organik dalam
bentuk karbonat menjadi sangat kecil jumlahnya dalam batuan sedimen.
Pada mulanya senyawa tersebut (seperti karbohidrat,
protein dan lemak) diproduksi oleh makhluk hidup sesuai dengan kebutuhannya,
seperti untuk mempertahankan diri, untuk berkembang biak atau sebagai komponen
fisik dan makhluk hidup itu. Komponen yang dimaksud dapat berupa konstituen
sel, membran, pigmen, lemak, gula atau protein dari tumbuh-tumbuhan, cendawan,
jamur, protozoa, bakteri, invertebrata ataupun binatang berdarah dingin dan
panas, sehingga dapat ditemukan di udara, pada permukaan, dalam air atau dalam
tanah.
Apabila makhluk hidup tersebut mati, maka 99,9%
senyawa karbon dan makhluk hidup akan kembali mengalami siklus sebagai rantai
makanan, sedangkan sisanya 0,1% senyawa karbon terjebak dalam tanah dan dalam
sedimen. Inilah yang merupakan cikal bakal senyawa-senyawa fosil atau dikenal
juga sebagai embrio minyak bumi.
Embrio minyak ini mengalami perpindahan dan akan menumpuk
di salah satu tempat yang kemungkinan menjadi tempat penampungan dan ada yang
hanyut bersama aliran air sehingga tertumpuk di dasar laut, dan karena
perbedaan tekanan di bawah laut beberapa muncul ke permukaan dan ada pula yang
terendapkan di permukaan laut dalam yang arusnya kecil.
Embrio kecil ini menumpuk dalam kondisi lingkungan
lembab, gelap dan berbau tidak sedap di antara mineral-mineral dan sedimen,
lalu membentuk molekul besar yang dikenal dengan geopolimer. Senyawa-senyawa
organik yang terpendam ini akan tetap dengan sifat masing-masing yang sesuai
dengan bahan dan lingkungan pembentukannya. Selanjutnya senyawa organik ini
akan mengalami proses geologi dalam bumi. Pertama akan mengalami proses
diagenesis, dimana senyawa organik dan makhluk hidup sudah merupakan senyawa
mati dan terkubur sampai 600 meter saja di bawah permukaan dan lingkungan
bersuhu di bawah 50°C.
Pada kondisi ini senyawa-senyawa organik yang
berasal dan makhluk hidup mulai kehilangan gugus beroksigen akibat reaksi
dekarboksilasi dan dehidratasi. Semakin dalam pemendaman terjadi, semakin panas
lingkungannya, penam-bahan kedalaman 30 – 40 m akan menaik-kan temperatur 1°C.
Di kedalaman lebih dan 600 m sampai 3000 m, suhu pemendaman akan berkisar
antara 50 – 150 °C, proses geologi kedua yang disebut katagenesis akan
berlangsung, maka geopolimer yang terpendam mulal terurai akibat panas bumi.
Komponen-komponen minyak bumi pada proses ini mulai
terbentuk dan senyawa–senyawa karakteristik yang berasal dan makhluk hidup
tertentu kembali dibebaskan dari molekul. Bila kedalaman terus berlanjut ke
arah pusat bumi, temperatur semakin naik, dan jika kedalaman melebihi 3000 m
dan suhu di atas 150°C, maka bahan-bahan organik dapat terurai menjadi gas
bermolekul kecil, dan proses ini disebut metagenesis.
Setelah proses geologi ini dilewati, minyak bumi
sudah terbentuk bersama-sama dengan bio-marka. Fosil molekul yang sudah
terbentuk ini akan mengalami perpindahan (migrasi) karena kondisi lingkungan
atau kerak bumi yang selalu bergerak rata-rata sejauh 5 cm per tahun, sehingga
akan ter-perangkap pada suatu batuan berpori, atau selanjutnya akan bermigrasi
membentuk suatu sumur minyak. Apabila diambil, batuan yang mengandung minyak
ini (batuan induk) atau minyak yang terperangkap dalam rongga bumi, akan
ditemukan fosil senyawa-senyawa organik. Fosil-fosil senyawa inilah yang
ditentukan strukturnya menggunaan beberapa metoda analisis, sehingga dapat
menerangkan asal-usul fosil, bahan pembentuk, migrasi minyak bumi serta
hubungan antara suatu minyak bumi dengan minyak bumi lain dan hubungan minyak
bumi dengan batuan induk.
Minyak
Bumi merupakan campuran dari berbagai macam hidrokarbon, jenis molekul yang
paling sering ditemukan adalah alkana (baik yang rantai lurus maupun
bercabang), sikloalkana, hidrokarbon aromatik, atau senyawa kompleks seperti
aspaltena. Setiap minyak Bumi mempunyai keunikan molekulnya masing-masing, yang
diketahui dari bentuk fisik dan ciri-ciri kimia, warna, dan viskositas. Minyak
bumi merupakan campuran rumit dari ratusan rantai hidrokarbon, yang umumnya
tersusun atas 85% karbon (C) dan 15% hidrogen (H).
Selain
itu, juga terdapat bahan organik dalam jumlah kecil dan mengandung oksigen (O),
sulfur(S) atau nitrogen(N).
Ada
4 macam kategori minyak bumi yang digolongkan menurut umur dan letak
kedalamannya, yaitu: young-shallow, old-shallow, young-deep, dan old-deep.
Minyak bumi young-shallow biasanya bersifat masam (sour), mengandung banyak
bahan aromatik, sangat kental dan kandungan sulfurnya tinggi. Minyak
old-shallow biasanya kurang kental, titik didih yang lebih rendah, dan rantai
paraffin yang lebih pendek.Old-deep membutuhkan waktu yang paling lama untuk
pemrosesan, titik didihnya paling rendah dan juga viskositasnya paling encer.
Sulfur
yang terkandung dapat teruraikan menjadi H2S yang dapat lepas, sehingga
old-deep adalah minyak mentah yang dikatakan paling “sweet”. Minyak semacam
inilah yang paling diinginkan karena dapat menghasilkan bensin (gasoline) yang
paling banyak.
Alkana,
juga disebut dengan parafin, adalah hidrokarbon tersaturasi dengan rantai lurus
atau bercabang yang molekulnya hanya mengandung unsur karbon dan hidrogen
dengan rumus umum CnH2n+2. Pada umumnya minyak Bumi mengandung 5 sampai 40 atom
karbon per molekulnya, meskipun molekul dengan jumlah karbon lebih
sedikit/lebih banyak juga mungkin ada di dalam campuran tersebut.
Alkana
dari pentana (C5H12) sampai oktana (C8H18) akan disuling menjadi bensin,
sedangkan alkana jenis nonana (C9H20) sampai heksadekana (C16H34) akan disuling
menjadi diesel, kerosene dan bahan bakar jet). Alkana dengan atom karbon 16
atau lebih akan disuling menjadi oli/pelumas. Alkana dengan jumlah atom karbon
lebih besar lagi, misalnya parafin wax mempunyai 25 atom karbon, dan aspal
mempunyai atom karbon lebih dari 35. Alkana dengan jumlah atom karbon 1 sampai
4 akan berbentuk gas dalam suhu ruangan, dan dijual sebagai elpiji (LPG). Di
musim dingin, butana (C4H10), digunakan sebagai bahan campuran pada bensin,
karena tekanan uap butana yang tinggi akan membantu mesin menyala pada musim
dingin. Penggunaan alkana yang lain adalah sebagai pemantik rokok. Di beberapa
negara, propana (C3H8) dapat dicairkan dibawah tekanan sedang, dan digunakan
masyarakat sebagai bahan bakar transportasi maupun memasak.
Sikloalkana,
juga dikenal dengan nama naptena, adalah hidrokarbon tersaturasi yang mempunyai
satu atau lebih ikatan rangkap pada karbonnya, dengan rumus umum CnH2n.
Sikloalkana memiliki ciri-ciri yang mirip dengan alkana tapi memiliki titik
didih yang lebih tinggi.
Hidrokarbon
aromatik adalah hidrokarbon tidak tersaturasi yang memiliki satu atau lebih
cincin planar karbon-6 yang disebut cincin benzena, dimana atom hidrogen akan
berikatan dengan atom karbon dengan rumus umum CnHn. Hidrokarbon seperti ini
jika dibakar maka akan menimbulkan asap hitam pekat. Beberapa bersifat
karsinogenik.
Semua
jenis molekul yang berbeda-beda di atas dipisahkan dengan distilasi fraksional
di tempat pengilangan minyak untuk menghasilkan bensin, bahan bakar jet,
kerosin, dan hidrokarbon lainnya. Contohnya adalah 2,2,4-Trimetilpentana
(isooktana), dipakai sebagai campuran utama dalam bensin, mempunyai rumus kimia
C8H18 dan bereaksi dengan oksigen secara eksotermik:
Pembakaran
yang tidak sempurna dari minyak Bumi atau produk hasil olahannya akan
menyebabkan produk sampingan yang beracun. Misalnya, terlalu sedikit oksigen
yang bercampur maka akan menghasilkan karbon monoksida. Karena suhu dan tekanan
yang tinggi di dalam mesin kendaraan, maka gas buang yang dihasilkan oleh mesin
biasanya juga mengandung molekul nitrogen oksida yang dapat menimbulkan polusi.
Komposisi
minyak bumi dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu:
a.
Hidrokarbon Jenuh (alkana)
·
Dikenal dengan alkana atau parafin
·
Keberadaan rantai lurus sebagai komponen utama
(terbanyak)
·
Sedangkan rantai bercabang lebih sedikit
·
Senyawa penyusun diantaranya:
1)
Metana CH4
2)
Etana CH3
– CH3
3)
Propana CH3
– CH2 – CH3
4)
Butana CH3
– (CH2)2 – CH3
5)
n-heptana CH3
– (CH2)5 – CH3
6)
iso oktana CH3
– C(CH3)2 – CH2 – CH – (CH3)2
b.
Hidrokarbon Tak Jenuh (alkena)
·
Dikenal dengan alkena
·
Keberadaannya hanya sedikit
·
Senyawa penyusunnya:
a)
Etena, CH2
= CH2
b)
Propena, CH2
= CH – CH3
c)
Butena, CH2
= CH – CH2 – CH3
c.
Hidrokarbon Jenuh berantai siklik (sikloalkana)
·
Dikenal dengan sikloalkana atau naftena
·
Keberadaannya lebih sedikit dibanding alkana
·
Senyawa penyusunnya:
d.
Hidrokarbon aromatik
·
Dikenal sebagai seri aromatik
·
Keberadaannya sebagai komponen yang kecil/sedikit
·
Senyawa penyusunannya:
e.
Senyawa Lain
·
Keberadaannya sangat sedikit sekali; diantaranya:
1.
Senyawaan Sulfur
Crude oil yang densitynya lebih tinggi mempunyai
kandungan Sulfur yang lebih tinggu pula. Keberadaan Sulfur dalam minyak bumi
sering banyak menimbulkan akibat, misalnya dalam bensin dapat menyebabkan
korosi (khususnya dalam keadaan dingin atau berair), karena terbentuknya asam
yang dihasilkan dari oksida sulfur (sebagai hasil pembakaran gasoline) dan air.
Sulfur merupakan senyawa yang secara alami terkandung dalam minyak bumi atau
gas, namun keberadaannya tidak dinginkan karena dapat menyebabkan berbagai
masalah, termasuk di antaranya korosi pada peralatan proses, meracuni katalis
dalam proses pengolahan, bau yang kurang sedap, atau produk samping pembakaran
berupa gas buang yang beracun (sulfur dioksida, SO2) dan menimbulkan polusi
udara serta hujan asam. Berbagai upaya dilakukan untuk menyingkirkan senyawa
sulfur dari minyak bumi disebut Desulfurisasi, antara lain:
a)
Ekstraksi menggunakan pelarut, serta
b)
Dekomposisi senyawa sulfur (umumnya terkandung dalam
minyak bumi dalam bentuk senyawa merkaptan, sulfida dan disulfida) secara
katalitik dengan proses hidrogenasi selektif menjadi hidrogen sulfida (H2S) dan
senyawa hidrokarbon asal dari senyawa belerang tersebut. Hidrogen sulfida yang
dihasilkan dari dekomposisi senyawa sulfur tersebut kemudian dipisahkan dengan
cara fraksinasi atau pencucian/pelucutan.
2.
Senyawa Oksigen
Kandungan total oksigen dalam minyak bumi adalah
kurang dari 2 % dan menaik dengan naiknya titik didih fraksi. Kandungan oksigen
bisa meningkat apabila produk itu lama kontak dengan udara. Oksigen dalam
minyak bumi berada dalam bentuk ikatan sebagai asam karboksilat, keton, ester,
eter, anhidrida, senyawa monosiklo dan disiklo dan phenol. Sebagai asam
karboksilat berupa asam Naphthenat (asam alisiklik) dan asam alifatik.
3.
Senyawaan Nitrogen
Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi sangat
rendah, yaitu 0,1-0,9 %. Kandungan tertinggi terdapat pada tipe Asphalitik.
Nitrogen mempunyai sifat racun terhadap katalis dan dapat membentuk gum / getah
pada fuel oil. Kandungan nitrogen terbanyak terdapat pada fraksi titik didih
tinggi. Nitrogen klas dasar yang mempunyai berat molekul yang relatif rendah
dapat diekstrak dengan asam mineral encer, sedangkan yang mempunyai berat
molekul yang tinggi tidak dapat diekstrak dengan asam mineral encer.
4.
Konstituen Metalik
Logam-logam seperti besi, tembaga, terutama nikel
dan vanadium pada proses catalytic cracking mempengaruhi aktifitas katalis,
sebab dapat menurunkan kualitas produk gasoline, menghasilkan banyak gas dan
pembentukkan coke. Pada power generator temperatur tinggi, misalnya oil-fired
gas turbine, adanya konstituen logam terutama vanadium dapat membentuk kerak
pada rotor turbine. Abu yang dihasilkan dari pembakaran fuel yang mengandung
natrium dan terutama vanadium dapat bereaksi dengan refactory furnace (bata
tahan api), menyebabkan turunnya titik lebur campuran sehingga merusakkan
refractory itu.
Minyak
mentah yang peroleh dari pengeboran berupa cairan hitam kental yang
pemanfaatannya harus diolah terlebih dahulu. Pengeboran minyak bumi di
Indonesia, terdapat di pantai utara Jawa (Cepu, Wonokromo, Cirebon), Sumatra
(Aceh, Riau), Kalimantan (Tarakan, Balikpapan) dan Irian (Papua). Pengolahan
minyak bumi melalui dua tahapan, diantaranya:
1.
Pengolahan pertama, Pada tahapan ini dilakukan
“distilasi bertingkat” yang bertujuan
memisahkan fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan titik didihnya.
Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke
bawah. Sedangkan titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian
atas melalui sangkup-sangkup yang disebut sangkup gelembung.
Proses
Destilasi:
2.
Pengolahan kedua, Pada tahapan ini merupakan proses
lanjutan hasil penyulingan bertingkat dengan proses sebagai berikut:
a.
Perengkahan (cracking): Penguraian molekul-molekul
senyawa hidrokarbon yang besar menjadi molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang
kecil.
Terdapat
3 cara proses cracking, yaitu :
a)
Cara panas (thermal cracking), yaitu dengan
penggunaan suhu tinggi dan tekanan yang rendah.
b)
Cara katalis (catalytic cracking), yaitu dengan
penggunaan katalis. Katalis yang digunakan biasanya SiO2 atau Al2O3 bauksit.
Reaksi dari perengkahan katalitik melalui mekanisme perengkahan ion karbonium.
Mula-mula katalis karena bersifat asam menambahkna proton ke molekul olevin
atau menarik ion hidrida dari alkana sehingga menyebabkan terbentuknya ion karbonium
:
c)
Hidrocracking
Hidrocracking
merupakan kombinasi antara perengkahan dan hidrogenasi untuk menghasilkan
senyawa yang jenuh. Reaksi tersebut dilakukan pada tekanan tinggi. Keuntungan
lain dari Hidrocracking ini adalah bahwa belerang yang terkandung dalam minyak
diubah menjadi hidrogen sulfida yang kemudian dipisahkan.
b.
Ekstrasi: proses pemisahan suatu zat berdasarkan
perbedaan kelarutannya
c.
Kristalisasi: proses pembentukan bahan padat dari
pengendapan larutan
d.
Treating: proses Pembersihan dari kontaminasi
Proses
treating adalah sebagai berikut:
Copper
sweetening dan doctor treating, yaitu proses penghilangan pengotor yang dapat
menimbulkan bau yang tidak sedap.
Acid
treatment, yaitu proses penghilangan lumpur dan perbaikan warna.
Dewaxing
yaitu proses penghilangan wax (n parafin) dengan berat molekul tinggi dari
fraksi minyak pelumas untuk menghasillkan minyak pelumas dengan pour point yang
rendah.
Deasphalting
yaitu penghilangan aspal dari fraksi yang digunakan untuk minyak pelumas
Desulfurizing
(desulfurisasi), yaitu proses penghilangan unsur belerang.
Produk
Hasil Pengolahan Minyak Bumi adalah zat bermanfaat yang berasal dari minyak
mentah (minyak bumi) setelah diproses di pengolahan minyak. Menurut komposisi
dan permintaan minyak mentah, pengolahan dapat memproduksi berbagai jenis
produk minyak bumi. Produk minyak terbesar digunakan sebagai energi; bermacam
tingkatan minyak bahan bakar dan bensin. Hasil Pengolahan Minyak Bumi tersebut
seperti;
1.
LPG
Liquefied
Petroleum Gas (LPG) PERTAMINA dengan brand ELPIJI, merupakan gas hasil produksi
dari kilang minyak (Kilang BBM) dan Kilang gas, yang komponen utamanya adalah
gas propana (C3H8) dan butana (C4H10) lebih kurang 99 % dan selebihnya adalah
gas pentana (C5H12) yang dicairkan.
2.
Aromatika (benzena dan turunannya)
Aromatika yang terpenting adalah benzena (C6H6),
totuena (C6H5CH3) dan xilena (C6H4 (CH3)2
Petrokimia
dari Aromatik:
Stirena
digunakan untuk membuat karet sinetik
Kumena
digunakan untuk membuat fenol, selanjutnya fenol untuk membuat perekat
Sikloheksana
digunakan terutama untuk membuat nylon
Benzena
digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat detergen. Bahan dasar untuk toluena
dan xilena untuk membuat bahan peledak (TNT), asam tereftalat (bahan pembuat
serat).
3.
Gas Sintesis
Gas sintetis disebut juga syn-gas yang merupakan
campuran karbon monoksida (CO) dan hidrogen (H2). Syn-gas dibuat dari reaksi
gas bumi atau LPG melalui proses yang disebut stean reforming atau oksidasi
parsial.
Reaksi stean reforming : CH4(g) + H2O → CO(g) + 3H2(g)
Reaksi oksidasi parsial : 2CH4(g) + O2 → 2CO(g) + 4H2(g)
Petrokimia dan gas-sintetik:
Amonia (NH3)
N2(g) + 3H2(g) → 2NH3(g)
Gas nitrogen dari udara dan gas
hidrogennya dari syn-gas. Amonia digunakan untuk membuat pupuk [CO(NH2)2] urea,
[(NH4)2SO4]; pupuk ZA dan (NH4NO3); amonium nitrat.
Urea
[CO(NH2)2]
CO2(g)
+ 2NH3(g) → NH2COH4(S)
NH2CONH4(S)
→ CO(NH2)2(S) + H2O(g)
Metanol
(CH3OH)
CO(g)
+ 2H3(g) → CH3OH(g)
Sebagian besar metanol dikenal juga sebagai alkohol
teknis yang dimanfaatkan dalam industri mebel, cat dan ada juga yang diubah
menjadi formal-dehida dan sebagian digunakan untuk membuat serat dan campuran
bahan bakar.
Formal
dehida (HCHO)
CH3OH
(g) → HCHO (g) + H2 (g)
Formal dehida dalam air dikenal dengan formalin yang
digunakansebagai desinfektan,
mengawetkan preparat biologi / mayat , pembuat plastik .Namun terkadang
juga disalahgunakan untuk mengawetkan makanan yang tidak semestinya menggunakan
bahan kimia yang bersifat toksik seperti ini. Jika terkonsumsi zat ini
menyebabkan kerusakan hati serta ginjal.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Minyak
Bumi adalah salah satu Sumber Daya Alam dengan berbagai manfaat. Terbentuk dari
berbagai fosil yang diuraikan oleh bumi.Tersusun dari Alkana, Alkena, Hidrokarbon
Aromatik, Sikloalkana, dan beberapa senyawa lain. Diolah dengan proses
Destilasi Bertingkat untuk menghasilkan berbagai produk.Namun karena jumlahnya
terbatas sehingga kita perlu menghematnya.Ditambah dengan polusi hasil
pembakaran olahannya yang tidak begitu ramah lingkungan. Adapun beberapa Sumber
Daya Alam Alternatif yang bila diolah dengan baik, akan tidak kalah dengan
Minyak Bumi.
Modul Bahan
Ajar Siswa MGMP Maju Giat Meraih Prestasi “Kimia”.
Retnowati Priscilla.
2007. SERIBU PENA KIMIA 1 UNTUK SMA Kelas X.Jakarta: Erlangga
0 komentar:
Posting Komentar